Meski hanya diperlukan sedikit, tapi tanpa kehadirannya, tanaman tidak akan mencapai pertumbuhan optimum.
Layaknya makanan, unsur hara dalam tanah begitu penting perannya bagi pertumbuhan tanaman. Berdasar kebutuhannya, unsur hara terbagi atas unusr hara makro dan mikro. Unsur makro, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S), dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak.
Sebaliknya unsur mikro didominasi besi (Fe), klorin (cl), mangan (Mn), boron (Bo), seng (Zn), tembaga (Cu), dan molibdenum (Mo). Kebutuhannya memang sedikit, tapi, “Sama seperti unsur primer (makro), unsur ini sangat dibutuhkan. Kalau tanah kekurangan unsur mikro, sudah barang tentu tanaman tak akan mencapai pertumbuhan dan hasil maksimum,” jelas Dwi Andreas Santoso.
Tanah Miskin
Executive Director Indonesian Center For Biodiversity and Biotechnology (ICBB) itu memaparkan, sebenarnya secara alami unsur mikro terkandung di dalam tanah. Namun secara awam sulit sekali mengetahui seberapa besar kandungannya. Apalagi jika tanah tersebut sudah digunakan sebagai media tanam terus menerus. “Ada beberapa unsur mikro yang jumlahnya sangat sedikit dan digunakan untuk mengusahakan tanaman selama bertahun-tahun. Unsur mikro pasti habis, dan ketika itu terjadi, pemupukan tidak bermanfaat lagi,” ungkapnya.
Ketika pemupukan dengan unsur makro N, P dan K (Urea, SP18, KCl) sudah dilakukan sesuai aturan, tapi produksi tetap stagnan, “Pasti ada sesuatu yang hilang di dalam tanahnya,” tandas Andreas. Dalam kondisi tersebut, imbuh Andreas, bisa dipastikan ketersediaan unsur mikro sudah jauh dari ideal.
Lebih jauh dosen kesuburan tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB ini menjelaskan, tanah gambut dan tanah ber-pH rendah atau masam adalah contoh tanah miskin unsur mikro. “Banyak unsur mikro pada tanah -tanah tersebut yang berubah menjadi tidak tersedia bagi tanaman,” jelasnya.
Kebutuhan Unsur Mikro
Unsur mikro hanya dibutuhkan sedikit dalam siklus budidaya tanaman. Besi (Fe) contohnya, cuma diperlukan sebanyak 30 gr per ton tanaman. Begitu juga klorin (Cl), mangan (Mn), dan boron (Bo). Masing–masing dibutuhkan 30 gr, 15 gr, dan 6 gr per ton tanaman. Atau juga seng (Zn) 6 gr, tembaga (Cu) 1,8 gr, dan molibdenum (Mo) 0,03 gr.
Tanaman padi yang kekurangan unsur mikro, menurut Andreas, memperlihatkan pertumbuhan tidak normal. Unsur besi misalnya, bertanggung jawab dalam pembentukan klorofil dan terlibat proses fotosintesis. Bila jumlahnya tidak mencukupi, daun menguning dan tanaman cenderung kerdil.
Lain lagi Mn dan Zn yang berperan dalam metabolisme dan pembentukan enzim tanaman. Kekurangan Mn bisa diketahui dari adanya bercak di pucuk daun muda atau banyaknya daun yang layu. Sedangkan kekurangan Zn tampak pada daun tua yang dipenuhi bintik kuning atau cokelat. “Kalau sudah begitu, sulit mengharap tanaman dapat mencapai potensi hasil maksimal karena pertumbuhan vegetatif dan generatifnya sudah terhambat,” tambah Andreas.
Karena itu, pakar ilmu tanah tersebut menyarankan agar tidak mengesampingkan penggunaan pupuk mikro. Syukurlah, saat ini pupuk mikro mudah ditemukan di pasaran karena banyak produsen yang mengemas pupuk NPK dengan tambahan unsur mikro. Pupuk lengkap seperti ini biasa disebut pupuk majemuk.
Layaknya makanan, unsur hara dalam tanah begitu penting perannya bagi pertumbuhan tanaman. Berdasar kebutuhannya, unsur hara terbagi atas unusr hara makro dan mikro. Unsur makro, seperti nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S), dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak.
Sebaliknya unsur mikro didominasi besi (Fe), klorin (cl), mangan (Mn), boron (Bo), seng (Zn), tembaga (Cu), dan molibdenum (Mo). Kebutuhannya memang sedikit, tapi, “Sama seperti unsur primer (makro), unsur ini sangat dibutuhkan. Kalau tanah kekurangan unsur mikro, sudah barang tentu tanaman tak akan mencapai pertumbuhan dan hasil maksimum,” jelas Dwi Andreas Santoso.
Tanah Miskin
Executive Director Indonesian Center For Biodiversity and Biotechnology (ICBB) itu memaparkan, sebenarnya secara alami unsur mikro terkandung di dalam tanah. Namun secara awam sulit sekali mengetahui seberapa besar kandungannya. Apalagi jika tanah tersebut sudah digunakan sebagai media tanam terus menerus. “Ada beberapa unsur mikro yang jumlahnya sangat sedikit dan digunakan untuk mengusahakan tanaman selama bertahun-tahun. Unsur mikro pasti habis, dan ketika itu terjadi, pemupukan tidak bermanfaat lagi,” ungkapnya.
Ketika pemupukan dengan unsur makro N, P dan K (Urea, SP18, KCl) sudah dilakukan sesuai aturan, tapi produksi tetap stagnan, “Pasti ada sesuatu yang hilang di dalam tanahnya,” tandas Andreas. Dalam kondisi tersebut, imbuh Andreas, bisa dipastikan ketersediaan unsur mikro sudah jauh dari ideal.
Lebih jauh dosen kesuburan tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB ini menjelaskan, tanah gambut dan tanah ber-pH rendah atau masam adalah contoh tanah miskin unsur mikro. “Banyak unsur mikro pada tanah -tanah tersebut yang berubah menjadi tidak tersedia bagi tanaman,” jelasnya.
Kebutuhan Unsur Mikro
Unsur mikro hanya dibutuhkan sedikit dalam siklus budidaya tanaman. Besi (Fe) contohnya, cuma diperlukan sebanyak 30 gr per ton tanaman. Begitu juga klorin (Cl), mangan (Mn), dan boron (Bo). Masing–masing dibutuhkan 30 gr, 15 gr, dan 6 gr per ton tanaman. Atau juga seng (Zn) 6 gr, tembaga (Cu) 1,8 gr, dan molibdenum (Mo) 0,03 gr.
Tanaman padi yang kekurangan unsur mikro, menurut Andreas, memperlihatkan pertumbuhan tidak normal. Unsur besi misalnya, bertanggung jawab dalam pembentukan klorofil dan terlibat proses fotosintesis. Bila jumlahnya tidak mencukupi, daun menguning dan tanaman cenderung kerdil.
Lain lagi Mn dan Zn yang berperan dalam metabolisme dan pembentukan enzim tanaman. Kekurangan Mn bisa diketahui dari adanya bercak di pucuk daun muda atau banyaknya daun yang layu. Sedangkan kekurangan Zn tampak pada daun tua yang dipenuhi bintik kuning atau cokelat. “Kalau sudah begitu, sulit mengharap tanaman dapat mencapai potensi hasil maksimal karena pertumbuhan vegetatif dan generatifnya sudah terhambat,” tambah Andreas.
Karena itu, pakar ilmu tanah tersebut menyarankan agar tidak mengesampingkan penggunaan pupuk mikro. Syukurlah, saat ini pupuk mikro mudah ditemukan di pasaran karena banyak produsen yang mengemas pupuk NPK dengan tambahan unsur mikro. Pupuk lengkap seperti ini biasa disebut pupuk majemuk.
0 comments:
Post a Comment