Saturday 31 December 2011

More on 'cinta yang tersakiti'

siapapun ingin memiliki cinta sejati, cinta yang sangat berharga bagi yng memiliki dan mendapatkannya tapi tidak smua cinta sejati yang kita berikan dengan tulus akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginan kita. kita tidak mau kehilangan cinta, karena kita lebih siap untuk bahagia daripada menderita. pada saat kita sedang jatuh cinta perasaan bahagia selalu menyelimuti kita sehingga terkadang kita lupa bahwa hidup memiliki dua sisi yang berbeda yaitu sedih dan bahagia.pada saat itulah kita belum siap merasa kehilangan seseorang yang kita cintai, untuk itu pada saat kita jatuh cinta gunakanlah pepatah "cintailah kekasihmu dengan secukupnya dan bencilah sesuatu yang kamu benci dengan sewajarnya" pepatah ini mengingatkan kita kembali agar berhati2 mencintai seseorang dan berhati2 ketika membenci seseorang. ketika kita putus cinta banyak efek2 yang ditimbulkannya seperti malaz kmudian stres bahkan ada yng bunh diri, semestinya orang yng mengalami putus cinta tetap tegar dan sabar, cobalah minta pendapat kepada temen atau bahkan orang tua dan hiburlah perasaan anda dengan percaya diri
"masih ada cinta sejati yang lebih indah yang akan datang menemaniku", dan tak kalah pentingnya adalah rasa ikhlas atas kepergiannya dan mungkin dia bukan jodoh yang tepat. pada masa-masa ini kadang logika tdk cukup untuk menyeselasaikan masalah- masalah kita, disinilah pentingnya kekuatan dan kepercayaan kita terhadap tuhan, dan inilah saat yng tepat untuk mengembangkan kekuatan spritual kita. smoga membantu

puisi galau

sakit banget rasa.a hati ini, ,
akk sungguh kecewa ma km, ,
ap pun dah qw lakukan untuk mu,
tp km malah duakan cinta qw ini, ,
mungkin akk bukan yg terbaik untuk km, ,
tp hargai akk sebagai wanita, ,
wanita itu tak pantas dsakiti, ,
qw mohon sadarlah pada kelakuan mu slama ni yg membuat hati qw sakit, ,

ssakit

skit rasanya ktika dsetiap sdut adlh knangan yg mengingatkn kpd drinya..skit rasany stiap wktu adlh knangan dgnya…cnda tawa brsamanya….tp dgn bgt cpt smua brbh mnjdi sbuah ksuraman …kni kau prgi tinggalkn qw tnp snyuman sdkitpun….n skit rasany krn kau sama sX tak mengenal qw lgi…n skit rsany qw hruz mlihat kau prgi dgn wanita laennnn…qw ingind mlupakanmu untk slmny krn qw trlalu membencimu…tp qw tak sanggup untk mlpkn smua knangan yg trjdi krn trlalu indh n skit untk dknang…..tlah kualihkan pkiran qw tp qw tak mampu…smoga suatu saat kau mrskn ap yg qw rasakan…

pagi

selamat pagi cinta……diujung pagi yang cerah ini aku tak menemukan bayangmu,kemana dikau??
aku selalu setia setiap pagi hanya buat mengatakan sayangku padamu…aku juga selalu membawa seikat bunga cinta yang segar nan indah buatmu seorang..namun pagi ini aku tak tau kemana gerangan dirimu yang biasanya akan selalu menyambutku dengan uluran kasih sayangmu..adakah kau rasa debar was wasku menanti hadirmu, hingga ujung pagi ini kaupun belum nampah ,,,,

itu dulu

dulu memang kau segalany bagi ku,dulu kau yang terindah untuk ku,tapi itu dulu sekarang….kau hanyalah masalalu buwat ku,kehidupan ku,cintamu sekarang telah pergi seperti agin yang berlalu,hancur bagai debu yang bertaburan..

karna mu

KARNA MU …..
saat dahulu kauu yg bgtuu mniis kuu knalii ..
kauu begitoo akuh tux mngnalii ..
stiiap waktuu kau habiskan denganku ..
tiada hrii yg kau lwatii tanpa aku di sampingmuu ..
tapi kini roda kehidupan tlah brputar ,.
tiada yg dapat mncegah menolak akan sbuah knyataan ..
cerita lalu yang begitu manis kini harus berakhir dengan sbuah perpisahan yang amat sangat menyaqtkan ..
ku harus mlihatmu jlas brsanding dengan perempuan lain yg kau plihh .,
sakit tlah trlnjur sakit .,
mungkin hati ku bagaikan kayu yg tlah mnjadi arang ..
karna mu yg tlah singgah dikehidupan ku ..

lukisan hati

Lukisan hatimu masih tetap tersimpan di dalam rumah kalbuku, sama halnya dengan guratan pena cinta itu, masih berada di kotak relung yang sama.
Sebelum fajar merekah, kuberanikan diri untuk kembali membuka tiap gores kanvas cinta dan garis pena hatimu, dan apa yang kutakutkan sebelumnya tidaklah terbukti.
Warna-warna pelangi hati masih tetap seperti dulu, tak meluruh sedikitpun. Dan garis-garis pahatan rasa-mu masih terbentang kokoh.
Kiranya, ini saatnya aku kembali berdiri dengan sebuah jawaban di lenganku dan tujuan di pergelangan kaki ku, untuk aku mampu berjalan melangkah.
Meski sejuta ragu terus menghinggap benakku. Dan Aku tahu,ini tak akan mudah buat ku. Karena rasa itu masih terus manyalakan percik-percik udara segar dan terus mengalirkan gemericik aliran rasa.
Dan aku tau, pilihanku ini akan menusuk tepat kedalam denyut nadimu, perih dan membuat dirimu seolah ingin balik menghujam seribu bilah pisau ke arahku. Aku mengerti itu…dan aku tak kuasa untuk menoleh kembali…Bantu aku untuk menggapai secercah kilau cahaya kunang-kunang malam..
Aku memilih untuk terus berjalan, dan memilih untuk terus menyimpan lukisan hati dan goresan pena cintamu..disini…di kotak yang paling dalam dan aman, dimana tak seorangpun mampu menyentuhnya selain aku…dan hangatnya masih terus terasa…disini, tepat di relung sukmaku.

Tuesday 20 December 2011

cerita sedih yang baru

Sudah menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman, diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.
Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya…kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.
Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.
Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.
Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?

Kisah Sedih di Hari Minggu

Seandainya tidak ada hari Minggu, mungkin cerita Supriyono (38) tidak pernah menjadi Headline sebuah koran ibukota. Seandainya, biaya rumah sakit bisa gratis seperti yang dikatakan seorang SBY, cerita Supriyono dan anak bungsunya, Khairunnisa (3), tidak akan pernah terjadi.

Ah, seandainya biaya pemakaman dan harga kain kafan, semurah kita membeli kerupuk, tidak akan ada Khairunnisa-Khairunnisa lainnya disini. Seandainya, dan seandainya Supriyono tahu ini hanyalah mimpi tidur semalam, ia masih bisa mengajak Khairunnisa dan kakaknya, Muriski Saleh (6), jalan-jalan ke sebuah taman.

Minggu pagi (5/6) memang bukan hari yang indah bagi Supriyono. Setelah lelah mencari sampah seharian, di bawah kolong rel kereta api Cikini, Supriyono terbangun. Ada yang beda di pagi itu, Khairunnisa terlihat nyaman tidur di dalam gerobaknya. Namun, wajahnya yang memutih membuat Supriyono curiga. Ia pun berusaha membangunkan anak bungsunya itu.

Melihat anaknya terbujur kaku. Pikiran, Supriyono melayang, beberapa waktu lalu ia tak jadi membawa Khairunnisa ke rumah sakit. Padahal, saat itu Khairunnisa demam tinggi. Karena uang yang tersisa di kantong cuma Rp 5 ribu, Supriyono cuma berdoa agar anaknya sembuh sendiri. "Saya cuma sekali bawa Khairunnisa ke puskemas, Saya tak punya uang untuk berobat lagi. Saya memilung karud, gelas dan botol plastik. Penghasilan saya hanya Rp 10 ribu sehari. Saat itu uang saya tinggal Rp 5 ribu. Jika saya berobat, anak saya satu lagi mungkin tidak akan makan," pikir Supriyono.

Belum selesai pikirannya melayang. Supriyono kembali menangis. Duit di saku cuma Rp 6 ribu. Tak mungkin untu membeli kain kafan, menyewa ambulans dan biaya pemakaman. Sementara itu
Khaerunisa masih terbaring di gerobak.

Namun, kali ini ia tak mau mengecewakan anak gadisnya itu. "Bapak akan buat pemakaman seperti orang lainnya buatmu nak," ucap Supriyono dalam hati.

Ia pun langsung mengajak Muriski berjalan membawa gerobok berisi jenazah Khairunnisa ke Stasiun Tebet. Naik kereta api, Supriyono berniat menguburkan Khairunnisa di kampung pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharap di sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.

Dengan bermodalkan sarung lusuh, Supriyono membungkus jenazah Khairunnisa. Dengan kaus warna putih yang biasa ia pakai, Supri menutupi kepala Khaerunnisa.

Namun, Kisah sedih Supriyono belum selesai disini. Begitu Supriyono masuk ke stasiun, orang-orang yang ada di stasiun langsung mengerubunginya. Ia dicurigai telah berbuat yang tidak-tidak pada Khairunnisa. Akhirnya, ia pun digelandang ke Polsek Tebet bersama anaknya Muriski.

Terpaksa Supriyono meladeni pertanyaan-pertanyaan aneh yang dilayangkan polisi. Ia tidak mengerti, kenapa polisi tidak ada yang bertanya apa yang dapat mereka bantu kepadanya. Seandainya mereka semua itu semua bisa membantu. Bukannya mengirimkan Supriyono ke RSCM.

Di RSCM cerita Supriyono dan Khairunnisa terus berlanjut. Dengan alasan otopsi, pihak RSCM mau menahan Khairunnisa. Mendengar itu, Supriyono marah, ia tidak mau anaknya dibelah-belah hanya untuk kepentingan medis. Ia pun ngotot membawa Khairunnisa keluar.

Hingga Pukul 16.00 WIB, Supriyono baru bisa mengeluarkan Khairunnisa. Lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans. Supri dan Muriski dan terpaksa berjalan kaki sambil menggendong jenazah Khairunnisa.

Sepanjang jalan, warga yang iba memberikan uang sekedarnya untuk ongkos perjalan ke Bogor. Para pedagang di RSCM juga memberikan air minum dan makanan sebagai bekal Supri dan Muriski ke Bogor.

Hingga kini aku tidak pernah tahu, apakah Supri dan Muriski berhasil memakamkan ke Khairunnisa ke Bogor. Masih berlanjutkah kisah sedih ini? Jujur, aku tak mau cerita ini bersambung , baik bagi Supri atau ribuan orang-orang miskin lainnya yang ada di sini. Cukup sudah Khairunnisa, jangan ada yang lainnya.

Monday 19 December 2011

Cerita Cinta Sejati - Selamanya

   Pagi menjelang. Titik-titik embun masih menempel lekat di kaca jendela kamarku. Udara yang begitu dingin memeluk erat tubuh ini. Rasaya aku ingin tetap berada di balik selimut ini untuk mengindari dinginnya udara pagi ini. Jujur, aku memang paling tidak suka dengan bangun pagi, terlebih saat weekend ingin rasanya seharian aku menghabiskan waktuku di dalam kamar.



            Pagi ini aku terbangun bukan karena jam wekerku berbunyi atau bukan karena bibi Naimah membangunkanku tapi, aku terbangun saaat lagu heavy metal terdengar nyaring dari kamar sebelah. Sejak beberapa hari ini, lagu-lagu heavy metal itu sering membangunkanku bahkan juga sering mengganggu waktu luangku yang sebagian besar aku gunakan untuk menciptakan lagu. Ya, aku memiliki hobi untuk menciptakan lagu.



            O ya, kenalin namaku Sandi, aku baru duduk di kelas XII SMA. Aku adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Orangtuaku tinggal di Surabaya, sedangkan aku, tinggal di Bandung lebih tepatnya nge-kost di rumah temen papaku, Om Herman. Awalnya aku gak mau ngekost di rumah ini tapi, setelah dipikir-pikir ada enaknya juga, selain Riko – anak sulung Om Herman – umurnya sepantaran denganku, Riko juga satu sekolah denganku.

          

***



            Kusibakkan selimut yang menindih tubuhku semalam ini. Aku mengusap mataku beberapa kali untuk memperjelas penglihatanku. Lalu, aku melangkahkan kakiku yang begitu berat meninggalkan kamar tidurku. Aku keluar kamar tidur bukan untuk mencuci muka atau apa, tapi aku ingin memperingati orang sialan yang ada di sebelah kamarku. Ya, aku ingin memeberi peringatan untuknya agar tak lagi memutar lagu heavy metal di pagi-pagi seperti ini. Bukannya aku gak suka sama aliran lagu ini tapi, siapa sih yang gak terganggu kalo enak-enak tidur lalu ada yang muter lagu heavy metal dengan volume yang begitu kencang?



            ”Berrkk!!! Berrkk!!! Berrkk!!!” aku mengetuk pintu kamar dengan keras.

            Setelah aku tunggu beberapa saat, tak ada reaksi dari dalam kamar, lalu aku kembali mengetuk pintu itu dengan keras namun  masih saja tak ada tanggapan. Hingga akahirnya, aku mencoba menekan ganggang pintu dan rupanya pintu tak terkunci. Tanpa permisi aku langsung membuka pintu itu dan masuk ke dalam kamar tersebut. Gila deh. Begitu masuk telingaku benar-benar tak kuat dengan suara lagu heavy metal yang begitu nyaring itu. Di dalam kamar, tak ada seorang pun berada di sana, sehingga aku leluasa untuk mematikan tape recorder yang ada di pojok kamar tersebut. Sambil memperhatikan isi kamar, aku berjalan menuju tape recorder itu berada. Aku benar-benar heran, dengan wall paper dan pernak-pernik kamar yang serba pink dan girly abis, kok bisa-bisanya sih pemilik kamar ini suka dengan lagu heavy metal. Heran : mode on.

            ”Heh, ngapain lo di kamar gue? Mau maling lo?” tuduh seorang cewek berdiri di pintu kamar sambil membawa semangkuk mie rebus.

            Aku yang kaget langsung menoleh ke arah cewek tersebut. Aku langsung memasang tampang dingin padanya.

            Cewek itu mengalihkan pandangannya pada tape recorder yang ada di sebelahku, ”Jadi elo yang mematikan tape recorder gue?” tanyanya agak emosi lalu masuk ke dalam kamar menghampiriku.

            ”Iya, gara-gara musik lo yang kampungan itu, pagi-pagi gini gue udah bangun. Gue ingetin ya, sekali lagi lo muter lagu sekenceng-kencengnya kayak pagi ini, gue gak akan segan-segan ngehancurin tape recorder lo!” ancamku.



            “Oya? Berani lo?”

            “Jangan pikir gue takut sama lo!” jawabku dingin kemudian berjalan meninggalkannya.

            Aku menghentikan langkahku saat akan keluar dari pintu kamarnya, ”Satu lagi, jangan pernah update status yang isinya nyinggung ataupun ngejelek-jelekin gue lagi, kalo elo ngulang sekali lagi, liat aja ntar siapa yang akan lebih malu.” ancamku lagi.



            Cewek itu menganga heran, ”Dari mana lo tahu semua itu?”

            ”Heh... itu gak penting! Yang penting gue udah ngingetin lo dan lo harus inget pesan gue itu!” kataku kemudian berjalan keluar dari kamarnya.



***



            Lima belas menit sebelum berangkat, aku sarapan pagi di ruang makan bersama Riko. Pagi itu, suasana ruang makan itu tak seramai biasanya. Hanya ada aku dan Riko yang sibuk menyantap sarapan pagi hari ini.



            ”Keysa mana, Rik? Gak masuk hari ini?” tanyaku di sela-sela acara sarapan.

            “Oh....” kata Riko sambil berusaha mengunyah nasi yang memenuhi mulutnya agar leluasa untuk bersuara, “Keysa udah berangkat tadi pagi, katanya sih mau ngeberesin PR-nya,”



            “Oh....” ucapku sambil menggangguk lalu meneruskan memakan nasi goreng yang ada di hadapanku.

            Riko memperhatikanku, “Kok gak tanya si Angel?”

            ”Buat apa tanya tuh cewek?”

            ” Hahaha, uhuk... uhuk... uhuk....” Riko tertawa lebar lalu tersedak.

            Aku tersenyum senang melihat Riko tersedak, ”Syukurin lo!”

            ”Eh, kenapa sih lo gak suka banget sama si Angel?” tanya Riko setelah meminum air putih.

            ”Masa dari dulu elo gak ngerti sih, Rik? Elo udah lupa dengan kejadian di acara ulang tahun si Renata? Atau elo juga sudah lupa dengan tragedi 27 November?” jawabku mengingatkan Riko pada momment yang gak pantas untuk diingat dengan Angel, si dark Angel!!!





            “Iya, gue tahu itu San. Tapi, apa sulitnya sih memaafkan Angel? Bayangkan aja, sekarang elo tinggal satu rumah dengan dia, otomatis elo ketemu dengan si Angel tiap waktu. Belum lagi kamar lo bersebelahan dengan dia, masa elo gak mau berdamai sama dia?”

            “Gak ada kata damai buat gue dan dia. Sekali benci gue tetep benci sama tuh cewek,”

            “Hahaha hati-hati, kata orang benci awal dari cinta,”

            “Tapi, buat gue benci adalah awal dari perang dunia,” jawabku cuek.

            “Terserah lo deh,”





            “O ya, besok gue bakal ke rumah nenek gue di Medan, mungkin gue di sana sekitar seminggu,” Riko mengalohkan pembicaraan.

            “Keysa juga ikut?”

            “Iya, mungkin nanti malam gue dan Keysa udah berangkat ke Medan. So, lo jaga rumah ini ya! Jangan sampe ada barang-barang yang hilang,”

            “Iya, gue akan haga rumah ini baik-baik. Santai aja,”

            “Satu lagi, gue titip Angel juga,” tambah Riko sambil mengangkat piring dari meja lalu beranjak menuju dapur.

            “Kalo Angel gue gak janji deh!” seruku.







***



            Malam ini benar-benar sepi tak seperti biasanya. Aku tak lagi mendengar suara keras dari Riko dan Keysa yang selalu saling ejek setiap kali kami berempat (termasuk Angel), menonton DVD atau televisi bersama. Riko dan Keysa sudah pergi menuju bandara sejam yang lalu. Belum lagi hujan lebat yang turun sejak setengah jam yang lalu, benar-benar membuatku kesepian. Meski di rumah ini hanya tinggal aku, Angel dan bi Naimah tapi sama saja rumah ini sepi. Apalagi hubunganku dengan Angel yang tak rukun, yang semakin membuatku merasa hanya tinggal sendiri di rumah ini. Di tengah derasnya hujan yang turun itu, aku menyalakan laptop sambil mendengarkan lagu-lagu ciptaanku. Ingin rasanya aku mengupload ke internet tapi, aku takut banyak pihak yang mengklaim lagu ciptaanku menjadi lagu mereka.





            ”Tteett!!! Tteett!!!” bel rumah berbunyi.

            ”Bi naimah, ada tamu!!!” teriakku.

            Beberapa saat kemudian bel rumah kembali berbunyi, sepertinya bi Naimah tak juga membuka pintu rumah.

            ”Bi Naimah ke mana sih?” ujarku sambil bangkit keluar kamar membuka pintu rumah.

            ”Ttteett!!!” bel rumah kembali berbunyi.

            Aku segera membukakan pintu rumah. Betapa kagetnya aku saat aku tahu siapa seseorang yang sejak tadi memencet bel rumah itu. Ternyata orang tersebut adalah Angel, cewek yang bagiku sangat menyebalkan. Kulihat Angel menggigil kedinginan dan badannya basah kuyup. Ada apa dengan Angel?





            ”Elo?”

            Angel berlari menuju kamar mandi. Aku sesegera mungkin menyusulnya tapi, Angel sudah masuk ke dalam kamar mandi.

            ”Ngel, elo gak pa-pa kan?” tanyaku dari balik pintu kamar mandi.

            ”Gue gak pa-pa,”

            ”Ya udah, abis ini gue tunggu lo di ruang makan,” ucapku.





            Setelah itu aku menuju dapur untuk membuatkan Angel teh hangat. Aku jadi ingat pada mamaku yang selalu membuatkan aku teh hangat bila aku kehujanan atau sedang kedinginan. Selama di dapur, pikiranku selalu teralihkan pada Angel. Entah kenapa aku tak tega melihat cewek mungil itu kedinginan dan basah kuyup seperti itu. Tapi, jujur aku akui aku masih sedikit sebal jika mengingat perbuatan tak menyenangkan yang banyak ia lakukan padaku. Mulai dari ia mengejekku kampungan di depan teman-teman Renata saat ulang tahun Renata beberapa bulan yang lalu dan kejadian 27 November di mana Angel benar-benar mempermalukan aku lagi di depan teman-teman sekolahku karena ia tak terima aku mengejek Sintia – sahabatnya – padahal si Sintia dulu tuh yang mulai. Aku gak akan bisa melupakan kejadian menyebalkan itu. Sungguh.





            Eh, ngomong-ngomong bi Naimah kemana sih? Dari tadi aku cari gak ada di rumah. Seusai membuat teh hangat, aku duduk di ruang makan. Aku memandangi roti tawar dan selai yang ada di atas meja. Aku menoleh ke arah jam dinding yang berada di atas kulkas, jarum panjang menunjuk ke angka enam dan jarum pendek menunjuk ke angka sepuluh. Sudah hampir lima belas menit Angel tak menampakkan dirinya sejak masuk ke dalam rumah. Tak lama berselang, Angel datang menemuiku di ruang makan. Rambutnya masih basah, ia juga terlihat lucu dengan menggunakan baju tidur. Meski sudah hampir setahun aku tinggal dengan dia, baru kali ini aku melihat Angel memakai pakaian seperti itu.





            Aku tersenyum melihat penampilannya itu.

            Angel menatapku heran, “Kenapa? Ada yang salah?”

            “Nggak kok. Ayo duduk!”

            Angel mengambil posisi tepat di depanku, “Ada apa lo nyuruh gue ke sini?”

            “Gue cuma mau tanya, elo dari mana aja sampe basah kuyup seperti tadi?”

            “Heh, ngapain lo nanyain hal ini? Udah mulai peduli sama gue, lo?”

            Aku terheran-geran mendengar jawabannya, “Hei, Dark Angel! Selama lo masih ada di rumah ini, gue punya tanggung jawab buat ngejaga lo meski gue jujur gak suka sama lo! Kalo aja Riko gak nyuruh gue untuk ngejaga lo, mungkin gue udah ngebiarin lo!”





            ”Jangan ngeles deh lo!” katanya lalu memberi senyuman sinis.

            ”Heh, Ngel sejak ngeliat lo kedinginan dan basah kuyup, gue udah mulai bersimpati pada lo tapi, setelah gue tahu ternyata elo emang keras kepala rasa simpati itu udah hilang! Gue heran kenapa sih elo tuh suka bikin gue kesal?”





            ”Itu semua gue lakukan karena elo duluan yang mulai,”

            ”Gue???”

            ”Iya, elo yang mulai! Gara-gara lo, persahabatan antara gue, Nindy dan Lia hancur!”

            “Apa? Gara-gara gue? Apa hubungannya dengan gue?”

            “Kalo boleh jujur, sejak gue masuk sekolah lo, persahabatan kita mulai merenggang karena Nindy dan Lia sama-sama naksir lo, sejak saat itu gue mulai benci sama lo!”





            “Kenapa lo nyalahin gue? Seharusnya elo nyalahin kedua sahabat lo yang gak bisa menyelesaikan masalah ini. Satu lagi, elo sama dengan kedua sahabat lo, cemen. Cemen karena bisanya nyari kambing hitam aja sebagai sumber masalah.”

            ”Stop! Gue gak mau ribut lagi dengan lo!”

            “Beruntung lo masih cewek, kalo nggak, jangan harap lo bisa melihat dunia lagi!” seruku kemudian berlalu meninggalkan Angel.

          

***



            “Mas, Sandi!” seru bi Naimah mengetuk pintu sambil memanggil namaku.

            Aku mengusap mataku yang terbangun dari tidur. Aku lirik jam wekerku, jam setengah dua pagi. Ada apa bi Naimah jam segini bangunin aku? Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan membuka pintu kamar.

            “Ada apa, Bi?” tanyaku dengan suara berat.



            Bi Naimah terlihat sangat panik, ”Aduh, Mas Sandi tolongin Mbak Angel, Mas!” pinta bi Naimah.

            ”Ada apa, Bi?”

            ”Aduh, Mbak Angelnya demam, Mas. Badannya panas, pucat,” ucap bi Naimah.

            Aku langsung menuju kamar yang pintunya terbuka lebar. Di kamarnya, Angel terlihat menggigil hebat, badannya panas benget dengan butiran keringat di dahinya, ditambah lagi wajahnya yang sangat pucat. Poor you, Ngel!



            ”Angel, elo kenapa?” tanyaku sedikit panik.

            ”Kak Sandi....” ucapnya lirih tak terasa air matanya menetes.

            ”Elo kenapa sampai demam begini?” tanyaku lagi. Angel menggelengkan kepalanya.

            “Bi Naimah, buatkan air hangat untuk kompres ya! Terus, ambilkan kotak P3K yang ada di ruang tengah!” suruhku pada bi Naimah.





            “Iya, Mas.” Ucap bi Naimah kemudian meninggalkan aku dan Angel.

            ”Kak, thanks udah baik sama aku,” ucap Angel lirih.

            ”Iya, Ngel selama gue ada di sini lo yang tenang! Gue akan merawat lo,”

            “Kak, maafin aku karena sudah banyak bikin Kak Sandi kesal.”

            Aku tersenyum senang mendengar kata maaf dari mulut Angel, “Iya, kakak maafin kok.”

            “Sekarang kamu yang tenang ya, sebentar lagi minum obat, biar mendingan.”

            Angel menggenggam tanganku, ”Kak, sekali lagi maaafin aku ya!”



***



            Hari ini, jam tujuh pagi aku sudah bersiap-siap untuk sekolah. Sudah hampir lima belas menit aku merapikan penampilanku. Bagiku, penampilan adalah yang utama karena orang lain akan menilai kita melalui penampilan pertama kali kita ketemu. Seusai merapikan rambut, aku keluar kamar. Ku lihat pintu kamar Angel terbuka lebar. Aku jadi ingat betapa paniknya aku semalam melihat keadaan Angel yang begitu mengkhawatirkan. Entah apa yang ada dipikiranku, aku melangkahkan kakiku menuju ke kamar Angel. Aku melongokkan kepalaku, kulihat di dalam kamar tak ada seorangpun di sana.





            ”Angel dimana?” pikirku.

            ”Mas, Sandi sarapannya sudah siap!!” teriak bi Naimah dari ruang makan membuyarkan pikiranku tentang keberadaan Angel.

            Tanpa menjawab teriakan bi Naimah, aku langsung berjalan menuju ruang makan. Ku lihat telur mata sapi begitu bulat bertengger lezat di atas nasi goreng buatan bi Naimah. Aku mengambil posisi tepat di hadapan sarapan pagiku. Saat aku hendak memulai sarapan, mataku menangkap sebuah buku catatan berwarna pink tergeletak di atas meja makan. Tanpa tahu siapa pemiliknya, aku sudah mengetahuinya. Mataku menyisir ruang makan, kulihat tak ada Angel di sini. Hingga akhirnya, tanganku meraih buku tersebut.

            ”O ya, Mas Sandi, barusan mbak Angel sarapan dan katanya hari ini dia mau sekolah,”      ”Sekolah? Memangnya Angel sudah sembuh total?” tanyaku heran.





            ”Tadinya, bibi juga berpikir begitu, Mas. Tapi, mbak Angel bilang kalau hari ini dia harus sekolah, katanya sih ada acara penting di sekolah. Kalo ndak salah mbak Angel ikutan lomba musik Mas, bi Naimah aja dijanjiin traktir kalo mbak Angel menang, katanya sih mau ditarktir makan bakso,”

            ”Angel ikutan acara musik? Maksudnya, lomba cipta lagu remaja? O ya? Gue baru tahu kalo tuh anak bisa bikin lagu,” kataku dalam hati.





            Aku kembali mengalihkan perhatianku pada buku catatan atau lebih enaknya dibilang buku diary yang sudah berada di tanganku. Aku mulai membuka halaman pertamanya, kulihat tulisan  Angel Fairy Diana terukir indah di sana. Hingga aku tergelitik untuk kembali membuka ke halaman berikutnya secara acak. Aku baru tahu, ternyata diary itu bukan berisi catatan harian seperti biasanya tapi, berisi kata-kata ”pujangga” yang Angel tulis. Sampai akhirnya, jariku berhenti di halaman terakhir.

                ”Aku tahu ini karma, sejak dulu aku takut akan datangnya karma. Hingga akhirnya hari ini aku menemui karmaku, karma dimana aku tak hanya ingin mencintai orang yang kubenci tapi, karma dimana aku juga ingin dia mencintai aku,”

          

***



            Sekitar jam sepuluh pagi, auditorium sekolah begitu ramai. Hampir semua siswa SMA 29 Bandung memenuhi ruangan ini. Tak hanya siswa SMA 29,  bahkan beberapa siswa dari SMA lain juga datang untuk menyaksikan final lomba cipta lagu remaja ini. Aku dan Denis celingukan saat memasuki auditorium sekolah ini. Mataku menyisir hampir semua ruangan auditorium untuk mencari tempat yang pas agar bisa menyaksikan penampilan para peserta lomba dengan leluasa. Kulihat ada deretan bangku kosong dekat panggung, aku menarik tangan Denis menuju tempat kosong tersebut.





            Hampir satu jam lamanya beberapa peserta menyanyikan lagu ciptaannya. Selama perlombaan berlangsung, aku tak sabar untuk menyaksikan penampilan Angel. Bukan lantaran aoa-apa, aku tak sabar karena aku ingin menyaksikan ia bernyanyi, hal yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Sempat terpikir dibenakku, Angel akan membawakan lagu heavy metal, genre muik favoritnya.





            ”Oke itulah tadi finalis nomor tiga belas yang menyanyikan lagu ciptaannya yang berjudul Life, Love and Leave. Beri applause dulu dong, buat Reza Hendra dari SMA 14.” ucap Uyang yang menjadi host acara tersebut.





            ”Selanjutnya kita panggilkan peserta kita yang ke empat belas, Angel Fairy Diana yang berasal dari SMA 29, beri tepuk tangan dong buat Angel!” kata Dani.

            ”Angel?” aku langsung menolehkan kepalaku ke arah panggung. Kulihat Angel berjalan menghampiri Uyang dan Dani. Kalau aku perhatikan sekilas, wajah Angel masih sedikit pucat. Dasar Angel, aku jadi heran kenapa dia sengotot ini ikutan lomba ini!

            ”O ya, denger-denger katanya si Angel ini adalah peserta terakhir yang ikutan audisi semalam di cafe Dalton ya?” tanya Uyang.

            ”Yeps, bener banget!” kata Angel.

            ”Bisa diceritakan gak?” tanya Dani.





            “Iya, gue adalah peserta terakhir yang ikutan audisi tadi malam, lucunya aku menuju tempat audisi kehujanan sampai-sampai saat performance di depan juri juga aku agak gemetaran,” jawab Angel.

            “Wow, it’s great! Kenapa sampai bela-belain gitu, Ngel?” tanya Uyang.

            ”Karena aku ingin menyampaikan lagu ini pada juri,”

            ”Memangnya lagu ini tentang apa sih? Bisa diceritakan?”





            ”Lagu ini sebenarnya bukan ciptaan saya, lagu ini adalah lagu milik teman aku yang dinyanyikan oleh aku. Lagu ini menceritakan tentang keinginan seseorang yang ingin hidup bersama orang yang dicintainya untuk selamanya. Lagu ini juga meyakinkan seseorang tentang perasaan yang ia rasakan pada orang yang dicintainya dan berharap orang yang dicintainya tersebut menerima cintanya. Kalo boleh jujur, lagu ini juga menggambarkan tentang perasaanku pada temanku yang sudah menciptakan lagu ini,” kata Angel pajang lebar.

            ”Hahaha tuh cewek konyol banget deh! Jadi penasaran gue sama orang yang dia maksud,” komentarku saat mendengar jawaban Angel.





            ”Oh... sweet ya! Ya udah, kita sambut Angel Fairy Diana dengan lagunya yang berjudul Selamanya,” kata Uyang dan Dani bersamaan. Tepukan meriah mengiringi langkah kaki Angel menuju piano yang berdiri tepat di tengah-tengah panggung. Angel mulai menekan tuts piano yang ada dihadapannya dan mulai menyanyikan lagu yang ia bawakan. Kayaknya aku kenal deh sama lagu ini. Oh, God! Lagu ini benar-benar lagu ciptaanku!!! Dari mana Angel dapet lagu ini?

          

    Sayangku, dapatkah kau merasakan

    Betapa besarnya rasa cintaku untukmu

    Cintaku, pernahkah kita menduga

    Di antara kita ada rasa yang mendalam

    

    Sayangku, yakinlah akan cintaku

    Yang kupersembahkan seutuhnya untukmu

    Oh... Kasihku, jangan pernah kau ragukan

    Luasnya cintaku yang kuberi untukmu

    

    Oh... genggamlah tanganku ini sayang

    Cintaku tlah tertambat mati untukmu

    

    Selamanya... hanya dirimu yang selalu ada dalam hatiku

    Selamanya... tentang dirimu kau selalu hadir dalam mimpiku

                Engkau satu cintaku selamanya...



***



            Jam dua siang, aku merebahkan tubuhku di sofa ruang tamu. Hampir setengah jam aku membanting tubuhku di ata sofa ini. Tak seperti biasanya aku nongkrong di ruang tamu seperti halnya siang ini. Ya, tak seperti biasanya. Aku menunggu seseorang datang ke rumah ini. Siapa lagi kalo bukan Angel. Sejak pulang sekolah, aku sudah menunggu dia tiba di rumah. Aku menunggunya bukan tanpa alasan, aku ingin memarahi dia karena menyanyikan lagu ciptaanku tanpa izin.





      Seseorang membuka pintu rumah seraya menyapaku, ”Eh, Kak Sandi. Lagi apa?” tanyanya sambil memberi senyuman.

      Aku mencoba bangkit dari sofa kemudian mendekatinya, ”Gak usah basa-basi deh, lo!”





      Angel mengerutkan keningnya, ”Maksud Kakak apa?”

      ”Heh, elo ikut LCLR pake lagu gue kan? Apa maksud lo?”

      ”Kak, Sandi aku bisa jelasin semuanya,”

      ”Apa? Elo mau ngejelasin apalagi, Ngel?”

      ”Kak, please dengerin penjelasanku dulu!”

      ”Gue gak butuh penjelasan lo lagi, Ngel! Penjelasan lo gak akan bisa meredam emosi gue, inget itu!” seruku sambil menatap matanya yang mulai bersinar sendu.

      ”Tapi, Kak aku hanya ingin kakak tahu mengapa aku bawain lagu Kakak,”





      ”Terserah elo mau ngomong apa! Mulai dari sekarang, jangan pernah gue akan baik sama lo!” ucapku kemudian meninggalkannya terpaku di ruang tamu.





      “Satu hal yang harus Kak Sandi tahu,” ucapnya menghentikan langkahku di atas tangga. Aku diam tak menoleh padanya.

      “Nanti malam, pukul delapan, aku ingin Kak Sandi datang ke Purple Cafe, jika Kakak ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku harap Kakak bersedia untuk datang,” lanjut Angel dengan suara yang berat karena menahan tangisnya.



***



      Malam harinya, aku sedang menonton TV di ruang tengah. Seperti malam sebelumnya, malam ini sepi, benar-benar sepi. Riko dan Keysa masih belum dateng dari Medan sedangkan Angel, ia pergi sejam yang lalu menuju ke Purple cafe. Sebelum berangkat, dia menyuruhku untuk menemuinya di cafe tersebut tapi, sepertinya itu tidak begitu penting bagiku karena apapun penjelasan yang akan ia katakan nanti tak akan bisa merubah dan meredam rasa kesalku yang semakin berkecamuk ini.





      Untuk mengisi waktu luangku, sejak sore tadi, aku menikmati tayangan TV yang sangat membosankan. Tak ada tayangan TV yang benar-benar bisa menghiburku. Sesekali aku kembali mengubah chanel TV, lagi-lagi hanya sederetan sinetron yang menghiasi layar kaca. Kalo ngomongin sinetron, aku jadi inget pada keluargaku di Surabaya. Biasanya, sekitar jam enam sore hingga sepuluh malam, Oma, Mama dan adik perempuanku standby di depan TV untuk menonton sinetron yang menurutku sangat membosankan bahkan membuat aku emosi karena akting pemainnya ”gak banget”. Lah, kenapa jadi ngomongin sinetron ya?! Hehehe back to my story...

      “Krriinngg!!!” telepon wireless berbunyi.

      Aku segera meraih telepon genggam yang ada di dekat sofa tempatku duduk.

      “Halo!” sapaku.

      “Hei, San! Apa kabar lo? Baik-baik aja kan?”

      “Eh, elo, Rik! Kalo dibilang baik sih nggak, kalo dibilang buruk agak sih, elo?”

      “Gue happy, sob! Kenapa? Lo ada masalah lagi sama Angel?”

      “Kok tahu?” tanyaku sambil mengerutkan kening.

      “Ya iyalah, gue tadi liat infotainment terus ada gossip lo sama Angel muncul, ya udah gue pantengin aja tuh TV sampe gossip lo abis. Emangnya elo ada apa lagi sih sama Angel?”

      “Hahaha gokil, lo!” responku, lumayan bisa terhibur setelah hampir seharian emosi.

      “Lah, malah ketawa.” Ucap Riko heran, “San, kayaknya elo tuh memang udah waktunya deh baikan sama Angel, kasihan dia. Kalo gak ada lo, siapa yang jaga dia? Kalo elo juga marahan sama dia, otomatis elo kan gak bisa jagain dia?”

      “Baikan? Enak bener lo bilang baikan, elo sih enak gak punya masalah sama dia. Gue? Gue udah banyak banget masalah sama dia termasuk yang terakhir ini nih, dia bawain lagu gue di LCLR,”

      “Oya? Jadi, dia bawain lagu lo, San?”

      “Iya, emang kenapa?”

      “Hahaha gak pa-pa. O ya

SAKITNYA

Sangatlah menyakitkan mencintai seseorang, tetapi tidak dicintai olehnya.
Tetapi lebih sakit,
bila mencintai dan tidak pernah menemukan keberanian untuk memberitahu dia apa yang kamu rasakan. Hanya perlu satu minit untuk menghancurkan seseorang, satu jam untuk menyukai seseorang, satu hari untuk mencintai seseorang tetapi begitu sukar dalam seumur hidup untuk melupakan seseorang.
Tuhan menginginkan kita untuk bertemu dengan orang yang tidak tepat sebelum bertemu dengan yang tepat. Jadi ketika! kita akhirnya bertemu dengan orang yang tepat, kita akan tahu betapa berharganya anugerah tersebut.

Cinta adalah ketika kamu membawa perasaan, kesabaran dan romantis dalam suatu hubungan dan menemukan bahwa kamu peduli dengan dia. Hal yang menyedihkan dalam hidup adalah ketika kamu bertemu seseorang yang sangat berarti bagimu. Hanya untuk menemukan bahwa pada akhirnya menjadi tidak berarti dan kamu harus membiarkannya pergi. Ketika pintu kebahagiaan tertutup, yang lain terbuka. Tetapi kadang-kadang kita menatap terlalu lama pada pintu yang telah tertutup itu sehingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka untuk kita.

Teman yang terbaik adalah teman dimana kamu dapat duduk bersamanya dan merasa terbuai, dan tidak pernah mengatakan apa-apa dan kemudian berjalan bersama. Perasaan seperti itu adalah percakapan termanis yang pernah kamu rasakan. Benarlah bahwa kita tidak tahu apa yang kita dapatkan sampai kita kehilangan itu. Tetapi benar juga bahwa kita tidak tahu apa yang hilang sampai itu ada. Memberikan seseorang semua cintamu tidak pernah menjamin bahwa mereka akan mencintai kamu juga !!!

Kisah Cinta Yang Hiba...sedih baca cerita nie( Cerita sedih sepasang kekasih)

sedih giler tu......pastikan tisu berada di sisi anda...
Tersebut al-kisah 2 insan bercinta... yg laki tu nama Razak,
yg pompuan tu nama Fatimah. Razak ni panggil fatimah ni
sebagai 'imah' je (nak kasi nampak manje le tuh). imah
ni lak panggil razak ni 'abang' je cos diorang ni dah
close, lagi pun razak ni lagi tua drpd imah 4 tahun.
Entah macam mana, diorang ni kena berpisah dlm jangka
masa 3 tahun. Razak tu kena gi UK . lama gak tuh...
Imah ni kesepian le kat Singapura.
Since dah pisah lama gak.. then imah boring dok umah sorang
...Ada lak mamat yg bernama kamarul dtg jumpa imah. mula2
imah dgn kamarul ni kawan je, kamarul ajak gi shopping, gi
makan satay, gi bowling. Entah macam mana, hati imah
ni dah terpaut lak kat kamarul nih... maka hilang la bayang2
razak drpd hati imah..

Setelah genap 3 tahun.. razak pun pulang ke singapura. Beria2 le
mamat nih nak jumpa imah. belum sempat nak call imah, razak
ternampak imah dgn kamarul tengah date kat tengah2 town.
maka berderai le jiwa raga razak.. sedih je mamat tuh...
tak lalu makan. at the same time.. imah dok jalan2...
sembang le dgn kawan2 dia.. ntah camna dia dpt tahu kamarul
tu laki org. imah pun peras..cuba nak kembali kepada razak.
Masa tu dia lom tau lagi razak ni dah balik singapura.

Razak pun memberanikan diri dia... jumpa imah. dia gi le rumah
imah. muka razak masam je.. imah tanya le apasal masam.
razak cakap.."susah lah.. aku dah tau apa yang ko buat
masa sepeninggalanku" imah terperanjat... "err bila masa
lak nih.. aku setia apa..." kata imah razak berkata...
tersedu2.. " Aku sudah tau perhubunganmu dgn dgn kamarul
..." imah terdiam... "tamat lah hubungan kita disini sahaja
..." tambah razak. Razak amik gitar kapuk yg dibeli drpd UK
tu......seraya berkata " dengarlah lagu ini..., khas untuk mu..."
razak start nyanyi sambil menatap wajah sedih imah yg sedang
menangis...

I can tell by your eyes
That you've probably been crying forever
And the stars in the sky
Don't mean nothing to you
They're a mirror
I don't wanna talk about it
How you broke my heart
If I stay here just a little bit longer
If I stay here won't you listen
To my heart, ohhh, my heart

imah terdiam... masih menangis....razak sambung...

If I stand all alone
Will the shadows hide the colours of my heart
Blue for the fears
Black for the night's fears
The stars in the sky
Don't mean nothing to you
> They're a mirror

I don't wanna talk about it
How you broke my heart
If I stay here just a little bit longer
If I stay here won't you listen
To my heart, ohhh, my heart

"suara razak terus mendayu2....

"My heart, oh my heart, this old heart........."
"I don't wanna to talk about it, how you broke my heart.
But if I stay here just a little bit longer,
if I stay here, won't you listen
to my heart, oh, my heart? My heart, oh, my heart!"

razak ulangi phrase yg sama.......imah terdiam...walaupun
air mata masih mengalir...

My heart, oh my heart, this old heart........."
"I don't wanna to talk about it, how you broke my heart.
But if I stay here just a little bit longer,
if I stay here, won't you listen to my heart, oh, my heart?
My heart, oh, my heart!"

setelah tamat lagu yang dinyanyikan oleh razak untuk imah itu...
tiba2 mulut imah berkata ... " abang, imah nak beritahu
abang sesuatu" "katakan lah duhai imah" jawap razak dengan
suara perlahan... " err...... err..." kata imah dlm keadaan
bersalah..."katakan lah .. katakan lah imah.. abang sanggup
terima..." tambah razak...perlahan2.. imah berkata

"abang..."
"sebenarnya... imah tak paham bahasa Inggeris..."

cerita sedih : 1000 burung kertas

Sewaktu Boy dan Girl baru pacaran,
Boy melipat 1000 burung kertas buat Girl,
menggantungkannya di dalam kamar Girl.
Boy mengatakan 1000 burung kertas itu menandakan 1000 ketulusan
hatinya.
Waktu itu...
Girl dan Boy setiap detik selalu merasakan betapa indahnya cinta mereka
berdua...
Tetapi pada suatu saat, Girl mulai menjauhi Boy.
Girl memutuskan untuk menikah dan pergi ke Perancis...
ke Paris...Tempat yang dia impikan di dalam mimpinya berkali2 itu...
Sewaktu Girl mau memutuskan Boy, Girl bilang sama Boy,
kita harus melihat dunia ini dengan pandangan yang dewasa.
Menikah bagi cewek adalah kehidupan kedua kalinya.
Aku harus bisa memegang kesempatan ini dengan baik.
Kamu terlalu miskin, sungguh aku tidak berani membayangkan
bagaimana kehidupan kita setelah menikah...!!
Setelah Girl pergi ke Perancis,
Boy bekerja keras...

dia pernah menjual koran...
menjadi karyawan sementara...
bisnis kecil...
setiap pekerjaan kerjakan dengan sangat baik dan tekun.
Sudah lewat beberapa tahun...
Karena pertolongan teman dan kerja kerasnya,
akhirnya dia mempunyai sebuah perusahaan.
Dia sudah kaya, tetapi hatinya masih tertuju pada Girl,
dia masih tidak dapat melupakannya.

Pada suatu hari... waktu hujan,
Boy dari mobilnya melihat sepasang orang tua berjalan sangat pelan di
depan.
Dia mengenali mereka, mereka adalah orang-tua Girl....
Dia ingin mereka lihat kalau sekarang dia tidak hanya mempunyai mobil
pribadi,
tetapi juga mempunyai villa dan perusahaan sendiri,
ingin mereka tahu kalau dia bukan seorang yang miskin lagi,
dia sekarang adalah seorang Boss.
Boy mengendarai mobilnya sangat pelan sambil mengikuti sepasang
orang-tua
tersebut.
Hujan terus turun tanpa henti, biarpun kedua orang-tua itu memakai
payung,
tetapi badan mereka tetap basah karena hujan.
Sewaktu mereka sampai tempat tujuan,
Boy tercegang oleh apa yang ada di depan matanya, itu adalah tempat
pemakaman.
Dia melihat di atas papan nisan Girl tersenyum sangat manis
terhadapnya.
Di samping makamnya yang kecil, tergantung burung2 kertas yang
dibuatkan
Boy.
Dalam hujan, burung2 kertas itu terlihat begitu hidup,
Orang-tua Girl memberitahu Boy,
Girl tidak pergi ke Paris,
Girl terserang kanker,
Girl pergi ke surga.
Girl ingin Boy menjadi orang,
mempunyai keluarga yang harmonis,
maka dengan terpaksa berbuat demikian terhadap Boy dulu.
Girl bilang dia sangat mengerti Boy,
dia percaya kalau Boy pasti akan berhasil.
Girl mengatakan...
kalau pada suatu hari Boy akan datang ke makamnya
dan berharap dia membawakan beberapa burung kertas buatnya lagi.
Boy langsung berlutut,
berlutut di depan makam Girl,
menangis dengan begitu sedihnya.
Hujan pada hari itu terasa tidak akan berhenti,
membasahi sekujur tubuh Boy.
Boy teringat senyum manis Girl yang begitu manis dan polos,
Mengingat semua itu,
hatinya mulai meneteskan darah...
Sewaktu orang-tua itu keluar dari pemakaman,
mereka melihat kalau Boy sudah membukakan pintu mobil untuk mereka.
Lagu sedih terdengar dari dalam mobil tersebut.

"Hatiku tidak pernah menyesal,
semuanya hanya untukmu 1000 burung kertas,
1000 ketulusan hatiku,
beterbangan di dalam angin
menginginkan bintang yang lebat besebaran di langit...
melewati sungai perak,
apakah aku bisa bertemu denganmu?
Tidak takut berapapun jauhnya,
hanya ingin sekarang langsung berlari ke sampingmu.

Masa lalu seperti asap...
hilang dan tak kan kembali.
menambah kerinduan di hatiku...
Bagaimanapun dicari,
jodoh kehidupan ini pasti tidak akan berubah.."

cinta berdarah

Kita sling mncintai, tapi antara aku & kamu, beda. kita di takdirkn sbgai musuh dlam peprangan esok hari. besok kita akan sling membunuh d medan perang, sbnarnya aku tak kuasa berperang dnganmu, tapi kta baginda raja kami, aku hrus sprti itu.

Hnya diam dlam kebimbangan saja, pagi yg tak ingn aku temui, kini aku temui, hari ini aku akn bertemu dg wanita yg aku cinta, tapi bukan untk brgandengan tngan, mlainkan kita akn sling membunuh sbgai musuh.

Aku takut hari ini, aku takut dia hnyut dlam gumpalan darah peperangan. apa harus aku tmpulkan sja pedangnya biar dia tak terluka, atau aku serahkan sja tubuh ini untuk di tusuknya, agar aku sja ayg hanyut kedalam gumpalan darah peperangan.

Dlam kebimbangan ini, aku berangakat brsma prajurit2x yg lainnya, berlari smbari mnunggangi kudua2x jantan nan gagah, mnuju pasir2x tandus tak berpnghuni.

-"Apakah aku sedang bermimpi, ataukah ini memang knyatan dlam suatu peprangan ?"
prlhan kuda yg aku tunggangi ini mulai mlambat dlam larinya, rasa was was & kbimbangan ini smakin aku rsakan, ketika ku lihat di sebrang sna, ku lhat prajurit2x yang lain dlam msuhku di peprangan hari ini, membawa wanita yg aku cintai dlam rombongan nya.

-"Ternyata ini bukan mimpi, aku benar2x akan berprang dg wanita yg aku cintai, entah tubuh siapa yg akan mnjadi drah di hmparan pasir2x tandus itu." aku atau wanita yg aku cintai itu.

Angin yg berhmbus kncang mengadukan kedua klompok yg sling bermusuhan dlam peperangan. hamparan pasi pasir tandus tak berpnghuni, kini berubah mnjadi lautan darah berpnghunikan mayat mayat yg bergletakan tak braturan dlam peperangan.


jantung ini masih berdetak, tapi jiwa ini tlah kosong, ini bkan air hujan, ini air mta, adlah kesedihqan yg perlhan mulai membanjiri pipi yg tlah berdarah dlam peperangan.

Meskipun tangan & tubuh ini sibuk berperang dg pedang yg ku ayunkan di tngan, tapi mtaku masih menatap wanita itu, aku takut dia mnjadi darah dlam peperangan ini.

Aku lihat tngannya masih sibuk berprang, smentara bibirnya menyuarakan sesuatu pdaku.
"Hei .., jngan posisikan mtamuk arahku, kau akan terluka"

-"Jangan pdulikan aku , lebih baik kau jga dirimu sendiri, biarkan tubuh ini mnjadi dlam peperangan"
"Aku tak ingin kau mnjadi drah dlam peperangan ini"

-"Biarkan sja aku mnjadi drah, agar pasukan mu yg lain tertawa melihatnya"
"Jika mreka tertawa, kau pikir aku juga akan tertawa ?"
Mendngar hal itu bibirku membisu bakl patung yg membeku di tengah gunung es.
"Kenapa kau diaam ?"

-"Aaaa kkkkk uuuuuu "
"dengarlah, mngkin mreka akan trtawa mlihatmu mnjadi drah, tpi tdk dg aku, aku akan mnangis jika kau mnjadi drah dlam peperangan ini"
-"Benarkah itu elsha?"
"Iya, aku mencintaimu & kau jga mncintaiku, kita hrus berdiri, jngan smpai kita mnjadi drah dlam peprangan ini"

Saat itu aku hnya bsa diam dlam kebimbangan, aku terharu mendngar apa yg dia ktakan, smpai pipi yg brdrah ini, trbasuh air mta kebimbangan & kepedihan !
Semakin lma kmi berprang , pasir2x tandus ini smakin memerah penuh darah, stengah dri prajurut2x kami sdah punah mnjadi mayat2x yg bergletakan d pasir tandus penuh darah.
Sdangkan msuhku dlam peperangan ini, lebih byak dri pasukanku skarang.
Panas matahari yg menyengat, mngeluarkan keringat dlam hati yg penat, aku msih berperang, mlawan mreka yg masih mnyerang, begitu pun dg elsha,wanita yg aku cintai yaitu musuhku dlam peprangan ini, dia berjuang dg epdang yg sudah memerah penuh darah.
Entah ada berapa mtanya, ketika dia sibuk dlam peperangannya, dia msih prhtikanku yg hampir puanh mnjadi darah !
'Awas dibelakangmuuuuu..."

Mendnar hal itu, aku lngsung mmbalikan bdan ini ke arah musuhku yg ada di blakangku.
-" Kau tk akan bisa mmbunuhku, khiiiiaaaaaaa ...., ssiiiiieeeeetttttttttttttttttttzzzzzzzz"
dan nsuh yg hmpir membunuhku, aku bunuh dg pedang penuh darah.
-" terima kasih elsha"
"Iyaa, hati2x, "

Sampai akhirnya 37 dri setengah prajurit2xku yg tersisa, kini punah dlam pasir tandus yg memerah menjadi gumpalan darah. Mtaku smakin memrah dg kematian yg lainnya, dg tangan & yg penuh dg robekan, aku ayunkan pedang yg ku gengngam dlam peperangan, smpai 30 org dri musuh2xku, berhasil aku bunuh.

Dlam keadaan ini, aku berperang dg 13 org, sdangkan musuh musuhku dlam peperangan ini, memiliki pasukan yg lebih banyak dr pasukan ku skarang. Meskipun tubuh ini tlah lelah, tapi pedang yg memerah penuh darh ini, masih ku ayunkan dlam peperangan. Tangan & sbagian tubuh ini tlah penuh di lumuri darah2x musuh, langkah kaki ku pun mulai melemah ketika kulihat elsha wanita yg aku cintai dlam peperangan ini yaitu musuhku sndiri, tersayat pedang pasukanku di sbagian tubuhnya!
-"Elshaaaa ..., ???"
Melihat dia terluka, aku berteriak sembari menolongnya! Dg tubuh & kaki yg terluka aku berlari mendekatinya !
Dg posisi yg masih lumayan jauh dr wanita itu, aku berteriak pada pasukanku yg berusha membunuh elsha .
-"Heiiii ...., hentikan jangan kau sakiti dia lagi"
="Diam kau, biarkan aku membunuhnya, dia musuh kita"
-"Dia musuh kita ?, tapi aku mencintainyaaa"
="Kenapa kau inii ?"
-"kau tak perlu tau, matilah kauuu .... sieettttzzzz .."
="Penghiaa a a a a a a a a ..."
smpai akhirnya, kawanku dlam peperangan ini aku bunuh dg pedang yg penuh darah menjadi gumpalan darah.
-"Kau tak apa2x elsha "
"Aku baik-baik saja, terima kasih"
Ku lihat saat itu air mtanya mengalir deras dg expresi wajah yg terlihat kesakitan !
-"Elsha, ku lihat kau sprti kesakitan ?"
"Aku tak apa apa, jangan terlalu mengkhawatirkanku"
-"Jelaslah aku mengkhawatirkanmu, aku mencintaimu, kau dengar itu ?"
"Aku tau, aku mngrti, tapi sebaiknya kau menjauh dr sini, aku tak ingin kita saling bunuh di sini"
Perkataan yg keluar dari mulut elsha saat itu, memaksa aku menjauh dr hdapannya, dg kepala menunuduk, aku berbalik berjalan pelan menuju pasukan lawan. Kami masih berperang di atas pasir tandus yg memerah penuh darah.
Matahari pun hampir tenggelam menyaksikan peperangan ini, sampai semua pasukanku punah menjadi gumpalan darah. Mataku pun semakin memerah melihat mreka mnjadi darah, tapi itu semua tak membuat aku lengah & pasrah, aku masih berperang melawan mereka yg masih menyerang dg pedang yg ku genggam di tangan.
Saat itu aku berdiri bersama mayat2x yg bergeletakan di belakangku, sedangkan lawan yg aku hadapi, memiliki pasukan yg lebih banyak dariku.

-"Ayoo ... terusskaaan , aku tak takut dg jumlah kalian, khiaaaa"
Dg kaki & kepala yg bercucuran darah, aku menyerang mereka dg pedang yg semakin memerah, ku lihat saat itu, salah stu dari pasukan mereka yaitu elsha, tiba2x menghentikan langkahnya dlam perangnya, lalu iya berteriak pdaku.

"Hatiii-hatii, lawan yg kau hadapi bukan satu"
-"Tenanglah, aku takan menjadi darah"
Dan tiga dr empat musuhku yg tersisa itu, telah berhasil aku bunuh.
-"Sekarang kita imbang, kau atau aku yg akan menjadi darah sekarang?.
="Kau salah, di belakangku masih ada elsha, mungkin kau yg akan menjadi darah"
Sejenak aku terdiam mendengar apa yg musuhku katakan. sampai akhirnya dia menyerang saat konsentrasiku hilang, & saat itu pedang yg di ayunkannya, menusukku tepat di sebelah kiri dadaku. Aku tak sadarkan diri saat itu, yg ku lihat hanya tetesan darah yg keluar mengalir dari sbelah kiri dadaku.

Mungkin saat itu aku akan benar2x menjadi darah dlam peperangan ini, dlam tak sadar & tak berdayanya aku, aku masih mendengar suara samar2x wanita, sepertinya itu elsha!
"Tiiidaaaakkkk ..., kau tak boleh menjadi darah dlam peperangan ini"
Ku lihat dia berlari ke arahku bersama pedang yg di bawanya, ku rasakan dia semakin mendekat, smpai akhirnya, kaki yg berdarahnya itu, tepat menginjak tanah yg berada di depanku.
-"Ee e e eellsshaaa"

Dg suara tak berdaya, aku menyapanya.
"Bertahanlah, kau tak boleh menjadi darah, kau harus berdiri bersamaku disi"
Tak ada sepatah katapun yg bisa ku ucapkan padanya, aku hnya bsa menangis mndengar apa yg di ktakannya .
Lalu wanita itu berdiri, melepaskan tangannya yg memangku wajahku, tiba2x mata sayunya memerah ketika menatap salah satu pasukannya yg tersisa, yg membuat aku lemah tak berdaya. lau dg nada kesal iya berbicara pda prajuritnya itu !
"Sekarang kau puaas, kau berhsil menjadikannya darah, tertawalah .. "
="Jelaslah aku puas, mari kita rayakan kemenanga
ini"

"Brengseek kauu, siiieeeeetttttttzz ...,"
Tanpa bnyak kta2x yg keluar dr mulut elsha, pedang yg memerah yg masih di genggam d tangannya, iya tusukan ke tengah2x perut prajuritnya sendiri.
"Maattiii kauuu"
Lalu dg tangan yg berdarahnya , iya pangku kembali wajahku yg sempat terkapar di pasir ini.
-"Els sha, kenapa kau membunuhnua ?"
"Biarlah, aku tak ingin melihatnya hidu"
-"Apa karena kau mencintaiku ?"
Sejenak dia diam, lalu dia berkata dg wajah yg mempesona,
"Iya, karena aku mencintaimu, aku membunuhnya'
Semakin deraslah air mta ini, saat ku dengar dia berbicara apa adanya pdaku, lalu ku teruskan pembicaraanku pda wanita itu, dg sua yg pelan tak berdaya.
-"Elsha, mungkin sampai disini rasa saling mencintai kita""Kenapa kau berkata seperti itu ?
-"A k u tak kuasa menahan nafas yg tersisia, aku akan menjadi gumpalan darah dalam peperangan ini"
Dg tangisnya elsha masih bersuara, berbicara padaku.
"Jangan bicara seperti itu, aku mhooon, aku tak ingin kau menjadi darah"
-"Aku tak bisa elshaa, ini permintaan terakhirku, peganglah tanganku, jangan kau lepaskan sbelum nyawa ini ku lepaskan"
Lalu wanita itumelepaskan pedangnya, & memegang tanganku
"Kumohon bertahanlah"
-"Maafkan aku, tetap pegang tangannya, & rsakan setap denyut nadinya"
Perlahan2x denyut nadi dalam tangannya yg elsha pegang mulai melemah.
Sampai akhirnya, di akhir kata,

-" AKU MNCINTAIMU ELSHA" yang aku ucapkan pdanya, denyut nadi dalam tanganku berhenti & mati !
"Jaaaaangaaaan tinggaaaalkaaan aaaaakkkkkuuuuuu ... "
Jerit tak percaya elsha menggema di hamparan pasir tandus yg memerah penuh gumpalan darah, saat lelaki yg di cintainya kini pergi, hanyut menjadi gumpalan darah di pasir tandus yg memerah !
SELESAI .