Monday 19 December 2011

Kisah Sedih Seorang Wanita

Sebut saja wanita yang pertama Iyul, saya mengenalnya karena kebetulan kakaknya tinggal mengontrak di depan rumah saya persis. Dulu saya sering melihatnya berkunjung ke rumah kakaknya dengan suami dan anak perempuannya yang seumur dengan Nouval. Saya pikir mereka keluarga yang bahagia, suami istri yang ideal dengan seorang putri yang menggemaskan.Lalu tanpa saya sadari lama lama mereka menghilang.  Kemudian tiba tiba beberapa tahun kemudian saya bertemu lagi dengannya, karena kebetulan mereka sekeluarga (orang tua, adiknya yang suami istri, dan Iyul beserta dua anaknya) mengontrak rumah didekatku juga. Saya sempat bertanya tanya di hati kok saya tidak melihat suaminya ya. tapi berhubung saya ini bekerja dan jarang ngumpul dengan Ibu Ibu, jadi saya tidak tahu apa yang terjadi dengan si Iyul ini. Sampai kemudian tahu tahu si Iyul ini hamil anak yang ketiga. Hebohlah para tetangga. Ternyata Iyul ini sejak anak yang pertama besar, rumah tangganya mengalami krisis. Katanya sih akibat ikut campur dari kelaurga pihak suami yang tidak bisa menerima Iyul sebagai menantunya. Nah sejak anak pertamanya beranjak besar ini mereka hidup terpisah tinggal dikeluarga masing masing. Anehnya Si Iyul ini tiba tiba hamil anak kedua. Katanya suaminya masih membiayai dan memberinya uang susu.  Nah saat anak yang kedua umur belum genap dua tahun (anak pertama baru mau empat tahun), dia melahirkan anak ketiga, tetap dengan suami yang tidak serumah dengannya. Saya cukup geleng geleng kepala mendengar kisahnya. walah kok malah produktif banget ya,untungnya dia diberi kemudahan dan kelancaran melahirkan.Tapi yang mengherankan bukannya menyelesaikan masalah rumah tangganya malah produktif membuat anak. Saya kasihan sekali melihatnya anak yang pertama perempuan tumbuh menjadi anak yang sulit. Saat saya menengok anak ketiganya saya trenyuh sekali melihat keadaannya. Berjuang sendirian mengurusi bayi mungilnya (konon katanya karena ortunya marah dia hamil lagi, jadi dicuekin, saya maklum soalnya dua anaknya dulu yang mengurusi semua neneknya, sementara Iyulnya kerja pasti neneknya berpikir harus dia lagi yang ngurusin. kasihan harusnya tua sudah istirahat malah sibuk mengurus anak kecil lagi)
Kondisi keuangannya juga memprihatinkan, karena konon katanya anak ketiganya ini, suaminya sudah nggak peduli lagi, bahkan meragukan kalau itu anaknya. Akhirnya dia harus menjadi tanggungan orang tuanya lagi. Saya tidak tahu salahkah saya, kalau  jujur dalam hati saya bilang kenapa bodoh sekali si Iyul ini, kenapa bisa sampai hamil anak ketiga , seharusnya dia selesaikan dulu masalahnya.  tapi saya tidak tahu apa yang ada dalam pikiran Iyul, saya belum pernah mengobrol intens dengannya. Mungkin saja dia berharap dengan punya anak sampai tiga suaminya bakal kembali. Atau apalah, yang jelas sampai tulisan ini dibuat katanya suaminya belum menengoknya sama sekali. santernya malah sudah sudah ada seorang pria paruh baya seumuran bapaknya yang bersedia menjadi suami dan bapak bagi tiga anaknya. Konon katanya pria inilah yang membayar semua biaya persalinan iyul. Wah..please deh iyul, jangan main api dulu, selesaikan dulu masalah perkawinan yang pertama, baru melangkah lagi. kalau menurutku juga dilihat dari gelagatnya bahwa suaminya lebih meilih keluarganya dari anak istrinya ya sebaiknya memang  Iyul berpikir untuk mengakhiri ketidak pastian ini. kalau memang pria paruh baya itu bertanggung jawab knp enggak? Kisah ini diangkat sebagai bentuk keprihatinan terhadap nasib wanita. mengapa masih banyak ya wanita wanita yang belum bisa jernih dalam bertindak, kasihan sekali saya dengan anak anaknya……

0 comments:

Post a Comment