Cyanida
( asam cyanida, asam prussiat) dewasa ini menjadi perhatian penting masyarakat
karena terjadinya banyak kasus keracunan oleh bahan kimia ini. Kebanyakan
terjadinya kasus keracunan cyanida karena tertelan secara tidak sengaja dari
bahan yang mengandung racun tersebut. Kejadian sering dilaporkan pada industri
kimia karena bentuk hydrogen cyanida dan derivatnya digunakan pada proses
elektroplating, metallurgi dan ekstraksi logam emas ataupun perak didaerah
pertambangan. Juga digunakan untuk membuat fiber sintetik, plastik dan fumigasi
ataupun juga untuk fertilizer.
Tabel
1. Contoh komponen bahan kimia yang
mengandung cyanida
Nama
|
Formula
|
Bentuk komersial
|
Dosis fatal (TLV)
|
Aceton cyanohydrin
Acetonitrile
Acrylonitrile
Calcium cyanamide
Calcium cyanide
Cyanogen
Cyanogen bromida
Cyanogen chlorida
Dimethyl cyanamide
Hydrocyanic acid
Nitroprussid
Potassium cyanat
Potassium cyanide
Potassium ferrocyanide
Sodium cyanide
|
(CH3)2C(OH)CN
CH3CN
CH2:CN
CaCN2
Ca(CN)2
N:CC:N
CNBr
CNCl
(CH3)2NCN
HCN
Na2{Fe(NO)(CN)5.H2O
COCN
KCN
K4Fe(CN)6.3H2O
NaCN
|
-
Solvent
Serat sintetis dan plastik
Pupuk
Fumigasi, pestisida
Fumigasi,blast furnace
Fumigant
Organik sintesis
Organik sintesis
Fumigant
Antihypertensi,reagen
Herbisida,reagenkimia
Elektroplating
Metallurgi
Elektroplating
|
15mg/Kg
120mg/Kg
35-90mg/Kg
40-50g
5mg/cu
13ppm
13ppm
13ppm
75mg/Kg
0,5mg/Kg
10mg/Kg
1g/Kg
2mg/Kg
1,6g/Kg
2mg/Kg
|
Kejadian toksisisitas cyanida tidak
hanya tertelan melalui mulut, tetapi sering terjadi melalui inhalasi dan dan
absorpsi melalui kulit.. Gas cyanida sangat berbahaya, dengan menggunakan
topeng gas tidak dapat melindungi seluruhnya terhadap keracunan cyanida ini dan
hanya berpengaruh sedikit. Bentuk garam cyanida adalah paling beracun dimana
garam ini sering terkandung dalam komponen bahan kimia yang mengandung cyanida.
Dosis lethal (LD 50) dari komponen
ini adalah sekitar 2 mg/Kg, dnegan menelan 50-75 mg dari garam cyanida ini
dapat menyebabkan sulit bernafas dalam waktu beberapa menit. Hallogen cyanida
adalah gas yang mengiritasi dan dapat menyebabkan oedema paru-paru, air mata
kelur terus dan hipersalivasi.
Kebanyakan plastik dan serat acrylic
dapat mengeluarkan gas cyanida bila dibakar. Gas tersebut dapat terhisap
melalui pernfasan terabsorpsi melalui kulit dan dapat menyebabkan terjadinya
kematian. Sumber lain dari keracunan cyanida ialah dengan memakan/termakan
cyanogenik glycosida yang terdapat dalam biji dari buaha-buahan tertentu.
Amygdalin, adalah salah satu senyawa cyanogenik glykosida yang terdapat dalam
biji buah apel, peach, plum, apricot, cherry dan biji almond, dimana amygdalin
di hidrolisa menjadi hidrogen cyanida.
Amygdalin
ß-glucosidase
Amygdalin
+H2O Mandelonitril
glycosida
+
H2O, pronase
Glucose + mandelonitril Benzaldehyd
+ HCN
Mekanisme toksisitas cyanida
Cyanida menjadi toksik bila
berikatan dengan trivalen ferric (Fe+++). Tubuh yang mempunyai lebih
dari 40 sistem enzim dilaporkan menjadi inaktif oleh cyanida. Yang paling nyata
dari hal tersebut ialah non aktif dari dari sistem enzim cytochrom oksidase
yang terdiri dari cytochrom a-a3 komplek dan sistem transport elektron.
Bilamana cyanida mengikat enzim komplek tersebut, transport elektron akan
terhambat yaitu transport elektron dari cytochrom a3 ke molekul oksigen di
blok. Sebagai akibatnya akan menurunkan penggunaan oksigen oleh sel dan
mengikut racun PO2.
Cyanida dapat menimbulkan gangguan
fisiologik yang sama dengan kekurangan oksigen dari semua kofaktor dalam
cytochrom dalam siklus respirasi. Sebagai akibat tidak terbentuknya kembali
ATP selama proses itu masih bergantung
pada cytochrom oksidase yang merupakan tahap akhir dari proses phoporilasi
oksidatif.
Selama siklus metabolisme masih
bergantung pada sistem transport elektron, sel tidak mampu menggunakan oksigen
sehingga menyebabkan penurunan respirasi serobik dari sel. Hal tersebut
menyebabkan histotoksik seluler hipoksia. Bila hal ini terjadi jumlah oksigen
yang mencapai jaringan normal tetapi sel tidak mampu menggunakannya. Hal ini
berbeda dengan keracunan CO dimana terjadinya jarinngan hipoksia karena
kekurangan jumlah oksigen yang masuk. Jadi kesimpulannya adalah penderita
keracunan cyanida disebabkan oleh ketidak mampuan jaringan menggunakan oksigen
tersebut.
Gejala klinis
Cyanida
menyebabkan keracunan yang sangat cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam
waktu beberapa menit. Terjadinya gejala keracunan cyanida bergantung pada jenis
cyanidanya. Gas hidrogen cyanida adalah paling beracun dan gejalanya timbul
dalam beberapa detik dan kematian terjadi dalam beberapa menit. Bila garam
cyanida termakan, gejalanya tidak cepat terlihat, karena bahan kimia tersebut
diabsorpsi secara lambat. Derajat keparahan bergantung pada jumlah/dosis yang
masuk kedalam tubuh. Gejala yang terlihat pada keracunan sedang adalah sebatas
pada kelemahan penderita, sakit kepala, mual dan muntah. Gejala tersebut
terjadi dengan cepat dan terlihat tidak spesifik.
Pada umumnya hipoksia seluler yang
disebabkan oleh keracunan cyanida dapat menyebabkan kematian sel, tetapi kekurangan
oksigen pada sel tertentu pada aortik dan karotik adalah penyebab utama dari
kematian sel tersebut. Hal ini menyebabkan gejala piperpnea, yang diikuti
dengan dyspnea. Terjadinya nausea dan vomitus mungkin disebabkan karena iritasi
pada mukosa gastro-intestinal oleh garan cyanida tersebut.
Begitu konsentrasi cyanida dalam
darah meningkat, laju respirasi menjadi lambat (menurun) dan terjadi sesak
nafas, tetapi cyanosis biasanya tidak ditemukan. Konsentrasi cyanida dalam
darah meningkat, kekurangan oksigen pada otak terjadi dan timbul kejang-kejang
hipoksia dan kemudian diikuti dengan
kematian karena nafas terhenti.
Tabel
2. Hubungan antara kandungan cyanida dalam darah dan gejala khas yang timbul
Kandungan CN (mg/L)
|
Derajat keracunan
|
Gejala
|
0,5-1,0
1,0-2,5
2,5 - lebih
|
Ringan
moderat
Parah
|
Denyut nadi cepat
Sakit kepala
Lemah
Stupor tetapi ada reaksi
tachycardia
tachipnea
Koma, tak ada reaksi
hypertensi
respirasi lambat
pupil dilatasi
cyanosis
Kematian jika tak tertolong
|
Pengobatan
Pada
kejadian keracunan akut sulit dapat ditolong. Pengobatan terutama ditujukan
untuk menurunkan jumlah cyanida yang terikat dalam jaringan. Satu paket
antidotum telah digunakan yaitu mengandung:
- Amyl nitrit inhalant
- 3% larutan sodium nitrit
- 25% larutan sodium thiosulfat
Pertama diberikan adalah amyl nitrit
melalui inhalasi, diikuti dengan sodium nitrit melalui intravena. Kedua bahan
tersebut berguna untuk mengoksidasi besi ferro dalam haemoglobin menjadi ferri,
hal tersebut menghasilkan metHb (Fe3+). MetHb berkompetisi dengan cytochrom
oksidase untuk sirkulasi cyanide (persamaan A). MetHb mempunyai ikatan cyanida
yang lebih kuat daripada cytochrom oksidase, tetapi metHb hanya dapat mengikat
cyanida bebas (persamaan B), begitu juga cyanida-cytochrom oksidase komplek.
Sehingga pelepasan dari enzim menyebabkan terjadinya aktifitas sistem elektron
transport timbul. Akibatnya pembebasan cyanida kedalam intraseluler akan diikat
oleh metHb dan terbentuk cyanometHb (persamaan C).
Perlu diingat bahwa reaksi antara
cyanida dan kompleknya adalah reaksi reversibel sehingga cyanometHb juga
berpotensial untuk disosiasi. Disinilah kondisi mengapa diterapkan penggunaan
cyanometHb dengan thiosulfat disertai sulfur transferase (rhodanese), ditujukan
untuk membentuk komponen nontoksik dari thiocyanat yang siap diekskresikan
melalui ginjal (persamaan D).
Hemoglobin (Fe2+) + amyl
nitrit atau sodium nitrit MetHb
(Fe3+)
(Persamaan A)
Cyanida + MetHb CyanmetHb
(Persamaan B)
Cyanide-Cytochrom oksidase
komplek + MetHb CyanometHb
+ Cytochrom
(Persamaan C) Oksidase
CyanometHb + Thiosulfat Thiocyanat + sulfit + MetHb
(Persamaan D)
Walaupun penggunaan antidotum
spesifik untuk toksisitas cyanida telah direkomendasikan, ada beberapa hal
perlu diperhatikan. Yaitu bilamana haemoglobin berubah menjadi met-Hb, ia
kehilangan kemamampuannya untuk mengikat oksigen. Hal ini menyebabkan
terjadinya disosiasi, reaksi berbalik arah, sebagi akibatnya timbul bahaya
gangguan fisiologis. Hal lain ialah terjadinya kemungkinan penurunan tekanan
darah karena hadirnya nitrit. Bahan tersebut memacu terjadinya vasodilatasi
sehingga menyebabkan kolaps kardiovaskuler.
Pemberian oksigen adalah merupakan
antidotum yang tidak spesifik, tetapi sangat berguna untuk pengobatan toksisitas
cyanida. Pengobatan dengan oksigen dapat sangat berguna karena ada dua alasan
yaitu:
1.
Dapat menggantikan ikatan cyanida
dalam cytochrom oksidase
2.
Meningkatkan jumlah oksigen
intraseluler yang akan dapat mencukupi kekurangan non-enzimatik cytochrom
menjadi oksidase cytochrom sehingga
dapat berfungsi sebagai transport elektron kembali. Telah direkomendasikan
bahwa oksigen diberikan setelah pemberian nitrit karena terjadinya penurunan
ikatan oksigen oleh metHb sehingga terbentuk hemoglobin kembali.
0 comments:
Post a Comment