Thursday 1 November 2012

Alternatif BBM : Bensin dari singkong

Alternatif BBM : Bensin dari singkong


Pemprov Jabar Promosikan Penggunaan Bensin Singkong

Jumat, 09 Maret 2012, 17:24 WIB

Image

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf mempromosikan pemakaian biofuel dari singkong Biosing sebagai energi alternatif pengganti BBM. Untuk memenuhi permintaan Biosing dari Cina, dibutuhkan sekitar 300 ribu lahan.

"Biosing ini, bisa digunakan untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM," ujar Dede usai Mendemonstrasikan Penggunaan Biosing pada Motor dan Mobil Dinas Toyota Camry 3.000 CC di Halaman Gedung Sate, Jumat (9/3).

Menurut Dede, sudah beberapa bulan dirinya menggunakan biosing dengan oktan 97 dan 114 dicampur Pertamax. Bahan tersebut, digunakan di motor 150 CC untuk melakukan perjalanan dinas hingga ke pelosok daerah.

Sejauh ini, kata dia, saat mengendarai kendaraan tersebut dirinya tidak menemukan masalah teknis. Harga produksi dasar biosing ini, sebesar Rp 4.500 per liter. Biosing, menurut Dede, sudah dikembangkan selama lima tahun dan menunjukan kualitas bahan bakar oktan tinggi sekelas Pertamax. Namun, harganya realtif lebih murah dari bensin.

Untuk pengembangan Biosing tahap awal ini, kata Dede, Pemprov Jabar akan mendukung dengan menyediakan lahan tidur dan lahan kritis yang bukan lahan sawah.

Lahan tersebut, kata dia, akan dijadikan areal perkebunan singkong untuk mendukung produksi bahan baku Biosing. Namun, untuk menjadikan Biosing ini sebagai bahan bakar alternatif komersil, masih harus dilakukan pendekatan pemerintah pusat.

Dede yakin, pemerintah pusat akan menyambut baik. Karena, Biosing sangat menjanjikan. Apalagi, pemerintah menargetkan 25 persen energi alternatif dipakai pada 2025. Pemerintah pun, akan mengusahakan setiap SPBU menjual biofuel sekitar dua persen.

"Kami optimistis bisa memenuhinya dengan menunjukan pemakaian yang efektif," tutur Dede

Pemilik Biosing, S Adibrata mengatakan, untuk memproduksi Biosing Ia membutuhkan dukungan pemerintah Provinsi Jabar untuk menyediakan lahan sekitar 300 ribu hektare. Karena, Cina membutuhkan Biosing ini sekitar 100 ribu ton per hari.

Adibrata mengaku, sudah menandantangani kontrak untuk memasok permintaan dari Cina tersebut. Sementara saat ini, kapasitas produksi di pabrik Ciawi, Bogor, baru mencapai 5.000 liter per hari dari 3.700 hektar lahan singkong.

Permintaan biofuel, kata dia, memang sangat tinggi. Namun, bahan baku di semua negara masih berkiblat ke Asia Tenggara khususnya Indonesia. "Apalagi, singkong kan tumbuhan endemik di Indonesia," ujar Adibrata.

Adibrata menjelaskan, satu liter Biosing dengan oktan Pertamax bisa didapat dari 6 kilogram singkong. Proses pembuatannya, membutuhkan waktu selama 72 jam.

Berbeda dengan biofuel dari biji pohon Jarak, kata dia, biofuel dari singkong bisa mendatangkan nilai ekonomis lebih. Karena, sisa berupa ampas singkong bisa dijual seharga Rp 1.200/kg. Ampas ini, bisa dijadikan minyak kompor. Sementara, sampah cairnya bisa difermentasi sebagai pupuk organik untuk menyuburkan lahan singkong.

"Kami mengharuskan semua tanaman menggunakan pupuk organik ini jadi singkong makan singkong,'' imbuh Adibrata.
User avatar
Dede Yusuf: Indonesia Harus Contoh Malaysia Kembangkan Bensin Singkong

Jumat, 09 Maret 2012, 16:14 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, Bandung, 9/3 (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Barat, mendorong kelompok masyarakat dalam Gerakan Cinta Singkong yang sedang mengembangkan singkong untuk energi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang bersumberkan fosil.

"Saya dorong dan mudah-mudahan bisa menjadi alternatif penghematan BBM kita," kata Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, seusai sosialisasi penggunaan bensin singkong, di halaman Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung, Jumat (9/3).

Ia menuturkan, sejak lima tahun silam Adibrata Foundation selaku pemilik dari bensin singkong bernama Bioxing sudah menemukan energi alternatif tersebut sebagai salah satu upaya penghematan BBM dari fosil. Dikatakannya, Indonesia seharusnya mencontoh negara Malaysia dan Brazil dalam mengembangkan produksi bioetanol atau bensin dari singkong secara massal.

"Kalau kita tidak mempersiapkan dari sekarang seperti melakukan sosialisasi, mungkin pada saat energi bioetanol menjadi prioritas negara-negara lain kita akan ketinggalan. Padahal, setiap hari singkong ini sudah menjadi bagian dari negara kita, bahkan sudah ada lagunya, yang dinyanyikan oleh Koes Plus," ujarnya.

Wagub berpendapat Indonesia seharusnya mampu mengembangkan bahan bakar minyak selain bensin. "Ini sebetulnya, kita mendorong dulu kawan-kawan yang sudah melakukan riset dan pengembangan. Jadi, itu masih berupa satu potensi belum berbicara kepada produksi massal," katanya.

Sementara itu, pemilik bensin singkong/bio etanol "Bioxing" dari Adibrata Foundation, S Adibrata menuturkan, Pemprov Jawa Barat, sudah mendukung penuh upaya pengembangan bioetanol tersebut. "Salah satu dukungan Wagub Jabar ialah dalam hal penanaman bahan baku untuk bensin singkong ini," katanya.

Menurutnya, bio etanol yang diproduksinya sudah dinyatakan lulus uji dari dua laboratorium. "Ini (Bioxing) sudah di uji di dua laboratorium, yakni laboratorium swasta dan ESDM. Hasilnya, bensin kita layak dikonsumsi dan dipasarkan," kata S Adibrata.

Dikatakan Adibrata, untuk menguji bensin singkong tersebut, pihaknya pernah melakukan uji coba konvoi 2.500 kendaraan menggunakan bio etanol dari Jakarta-Semarang-Surabaya-Jakarta.

Dalam satu harinya Adibrata Foundation, kata Adibrata, mampu menghasilkan 5.000 liter bensin singkong.

"Dalam proses produksi yang dilakukan oleh kita, enam buah singkong itu mampu menghasilkan satu liter bensin," kata Adibrata.

Re: Alternatif BBM : Bensin dari singkong


Cara Membuat Bensin dari Singkong

Singkong, yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, adalah pohon tahunan tropika dan subtropika dari keluarga Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran.

Singkong ternyata dapat diolah menjadi bioetanol, pengganti premium.
Nah loch...??? Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan glukoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, baru difermentasi menjadi etanol.

Lalu, bagaimana cara mengolah singkong menjadi etanol? Berikut langkah-langkah pembuatan bioetanol berbahan singkong. Pengolahan berikut ini berkapasitas 10 liter per hari.

Cara membuat Bensin

1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapat dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.

2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku.

3. Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless steel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100oC selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.

4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam tangki sakarifi kasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa.

Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong, perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebelum digunakan, Aspergillus dikulturkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati.

5. Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17-18%.

Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces untuk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebih tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.

6. Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28-32oC dan pH 4,5-5,5.

7. Setelah 2-3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6-12% etanol.

8. Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.

9. Meski telah disaring, etanol masih bercampur air. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78oC atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100oC.

Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.

10. Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larut, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100oC.

Pada suhu itu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dicampur dengan bensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120-130 liter bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek.

Selamat mencoba………


0 comments:

Post a Comment