ISOTERM ADSORPSI CARBON AKTIF
A. TUJUAN
Menentukan isotherm adsorpsi menurut Freundlich bagi proses adsorpsi asam asetat pada arang.
B. LATAR BELAKANG TEORI
Adsorbsi
secara umum adalah proses penggumpalan subtansi terlarut (soluble) yang
ada dalam larutan, oleh permukaan zat atau benda penyerap, dimana
terjadi suatu ikatan kimia fisika antara subtansi dengan penyerapannya.
Adsorbsi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu ;
a. Adsorbsi
fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu
proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan
adsorben.
b. Adsorbsi kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang teradsorbsi.
Kekuatan
interaksi adsorbat dengan adsorben dipengaruhi oleh sifat dari adsorbat
maupun adsorbennya. Gejala yang umum dipakai untuk meramalkan komponen
mana yang diadsorpsi lebih kuat adalah kepolaran adsorben dengan
adsorbatnya. Apabila adsorbennya bersifat polar, maka komponen yang
bersifat polar akan terikat lebih kuat dibandingkan dengan komponen yang
kurang polar. Kekuatan interaksi juga dipengaruhi oleh sifat
keras-lemahnya dari adsorbat maupun adsorben. Sifat keras untuk kation
dihubungkan dengan istilah polarizing power cation, yaitu kemampuan
suatu kation untuk mempolarisasi anion dalam suatu ikatan. Kation yang
mempunyai polarizing power cation besar cenderung bersifat keras. Sifat
polarizing power cation yang besar dimiliki oleh ion-ion logam dengan
ukuran (jari-jari) kecil dan muatan yang besar. Sebaliknya sifat
polarizing power cation yang rendah dimiliki oleh ion-ion logam dengan
ukuran besar namun muatannya kecil, sehingga diklasifikasikan ion lemah.
Sedangkan
pengertian keras untuk anion dihubungkan dengan istilah polarisabilitas
anion yaitu, kemampuan suatu anion untuk mengalami polarisasi akibat
medan listrik dari kation. Anion bersifat keras adalah anion berukuran
kecil, muatan besar dan elektronegativitas tinggi, sebaliknya anion
lemah dimiliki oleh anion dengan ukuran besar, muatan kecil dan
elektronegatifitas yang rendah. Ion logam keras berikatan kuat dengan
anion keras dan ion logam lemah berikatan kuat dengan anion lemah
(Atkins at al. 1990).
Jumlah
zat yang diadsorpsi pada permukaan adsorben merupakan proses
berkesetimbangan, sebab laju peristiwa adsorpsi disertai dengan
terjadinya desorpsi. Pada awal reaksi, peristiwa adsorpsi lebih dominan
dibandingkan dengan peristiwa desorpsi, sehingga adsorpsi berlangsung
cepat. Pada waktu tertentu peristiwa adsorpsi cendung berlangsung
lambat, dan sebaliknya laju desorpsi cendrung meningkat. Waktu ketika
laju adsorpsi adalah sama dengan laju desorpsi sering disebut sebagai
keadaan berkesetimbangan. Pada keadaan berkesetimbangan tidak teramati
perubahan secara makroskopis. Waktu tercapainya keadaan setimbang pada
proses adsorpsi adalah berbeda-beda, Hal ini dipengaruhi oleh jenis
interaksi yang terjadi antara adsorben dengan adsorbat. Secara umum
waktu tercapainya kesetimbangan adsorpsi melalui mekanisme fisika
(fisisorpsi) lebih cepat dibandingkan dengan melalui mekanisme kimia
atau kemisorpsi (Castellans 1982)
Suatu
permukaan padatan yang bersentuhan dengan larutan akan menyebabkan
molekul-molekul terlarut terserap/ adsorp pada permukaan padatan.
Adsorbsi molekul digambarkan sebagai berikut :
A + B —> A.B
Dimana :
A = adsorbant
B = adsorbent
A.B = jumlah bahan yang terjerap
Energi yang dihasilkan seperti ikatan hidrogen dan gaya Van Der Waals
menyebabkan bahan yang teradsorp berkumpul pada permukaan penserap.
Bila reaksi dibalik, molekul yang terjerap akan terus berkumpul pada
permukaan karbon aktif sehingga jumlah zat diruas kanan reaksi sama
dengan jumlah zat pada ruas kiri. Apabila kesetimbangan telah tercapai,
maka proses adsorpsi telah selesai. (Arifin, 2008)
Isoterm
adsorpsi adalah hubungan yang menunjukan distribusi adsorbent antara
fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengn fasa ruah saat
kesetimbangan pada suhu tertentu. Dibawah ini adalah beberapa contoh
isotherm yang biasa digunakan dalam adsorpsi :
log x/m x/m
a Log C b C
Gambar 1. (a) kurva Freundlich; (b) kurva Langmuir
Persamaan
isoterm adsorpsi Freundlich didasarkan atas terbentuknya lapisan
monolayer dari molekul-molekul adsorbat pada permukaan adsorben. Namun
pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat
dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c............................................................................ ..(1),
sedangkan kurva isoterm adsorpsinya disajikan pada Gambar 1.(a)
Isoterm
adsorpsi Langmuir didasarkan atas beberapa asumsi, yaitu (a) adsorpsi
hanya terjadi pada lapisan tunggal (monolayer), (b) panas adsorpsi tidak
tergantung pada penutupan permukaan, dan (c) semua situs dan
permukaannya bersifat homogen (Oscik J 1994). Persamaan isoterm adsorpsi
Langmuir dapat diturunkan secara teoritis dengan menganggap terjadinya
kesetimbangan antara molekul-molekul zat yang diadsorpsi pada permukaan
adsorben dengan molekul molekul zat yang tidak teradsorpsi. Persamaan
isoterm adsorpsi Langmuir dapat dituliskan sebagai berikut.
C
merupakan konsentrasi adsorbat dalam larutan, x/m adalah konsentrasi
adsorbat yang terjerap per gram adsorben, k adalah konstanta yang
berhubungan dengan afinitas adsorpsi dan (x/m)mak adalah kapasitas
adsorpsi maksimum dari adsorben. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir dapat
disajikan seperti pada Gambar 1 (b).
Karbon
aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung
85-95% karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon
(batubara, kulit kelapa, dan sebagainya) atau dari karbon yang
diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun fisika untuk
mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi
gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif,
tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas permukaan. Daya
serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat karbon
aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh
kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini
dimanfaatkan oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan
lemak, kimia dan farmasi. ( M.T. Sembiring, dkk, 2003)
Dalam
satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas
500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel
yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat
sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan karbon
tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi
jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif di
kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa
jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak
jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif
sangat tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu
diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut. (Perpamsi, 2002).
C. ALAT DAN BAHAN
Alat :
1. Cawan porselin 1 buah
2. Labu Erlenmeyer bertutup 250 ml 12 buah
3. Labu Erlenmeyer 150 ml 6 buah
4. Pipet 5 ml 1 buah
5. Pipet 10 ml 1 buah
6. Pipet 25 ml 1 buah
7. Corong kaca 6 buah
8. Buret 50 ml 1 buah
9. Statim dan penyangga 1 buah
10. Pemanas / kompor 1 buah
11. Neraca analitik 1 buah
12. Spatula 1 buah
13. Thermometer 1 buah
Bahan :
1. Larutanb asam asetat 0,5 N; 0,25 N; 0,125N; 0,0625N; 0,0313N; 0,0156N
2. Adsorben Arang
3. Larutan NaOH 0,1 N
4. Indicator phenolphthalein (PP)
D. CARA KERJA
· Titrasi juga dilakukan pada sisa asam
E. DATA PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data yang disajikan pada table 1 dan 2.
Suhu kamar : 27 0 C
Table 1. Data Pengamatan
Konsentrasi CH3COOH
|
Awal
|
Akhir
| ||||
CH3COOH
|
NaOH 0,1 N
|
CH3COOH
|
NaOH 0,1 N
| |||
0,5 N
|
5 ml
|
22.9
|
24.1
|
5 ml
|
22.4
|
22.6
|
0,25 N
|
5 ml
|
12.5
|
11.9
|
5 ml
|
10.7
|
11.1
|
0,125 N
|
12.5 ml
|
15.8
|
15.8
|
12.5 ml
|
14.9
|
14.7
|
0,0625 N
|
25 ml
|
14.8
|
15.2
|
25 ml
|
14
|
14.2
|
0,0313 N
|
25 ml
|
7.5
|
7.7
|
25 ml
|
7.3
|
7.4
|
0,0156 N
|
25 ml
|
3.8
|
3.9
|
25 ml
|
3.5
|
3.7
|
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan
No
|
M CH3COOH
|
x (gram)
|
x/m
|
log x/m
|
log C
| ||
Awal
|
Akhir
|
Yang teradsorpsi (C)
| |||||
1.
|
0,47
|
0,45
|
0,02
|
0,1201
|
0,1201
|
-0,9204
|
-1,6989
|
2.
|
0,244
|
0,218
|
0,026
|
0,15613
|
0,15613
|
-0,8065
|
-1,5850
|
3.
|
0,1248
|
0,1184
|
0,0064
|
0,06005
|
0,06005
|
-1,2214
|
-2,1938
|
4.
|
0,06
|
0,0564
|
0,0036
|
0,021618
|
0,021618
|
-1,6652
|
-2,4436
|
5.
|
0,0304
|
0,0294
|
0,001
|
0,006005
|
0,006005
|
-2,2215
|
-3
|
6.
|
0,0154
|
0,0144
|
0,001
|
0,006005
|
0,006005
|
-2,2215
|
-3
|
m= massa adsorbent mula-mula=1 gram
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan
yang dilakuakan pada bab isotherm adsorpsi arang aktif adalah dengan
menggunakan larutan organic yaitu asam asetat dengan variasi 6
konsentrasi. Adsorben yang digunakan adalah arang yang telah diaktifkan
sebelumnya. Pengaktifan arang dapat dilakukan dengan beberapa cara.
Ann Limley, Et.al, 1995, menyatakan bahwa dengan proses oksidasi, karbon aktif yang dihasilkan terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300oC – 400oC (570o-750oF)
dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam
mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+.
Karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi dengan logam
basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam
seperti NaCl hampir sama pada perlakuan pertukaran ion.
2. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF)
kemudian didinginkan pada atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan
yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat
alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih effisien dalam
mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia
yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat
dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan
mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia
organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan kompleks
khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.
Pada
percobaan ini pengaktifan arang dilakukan dengan cara pemanasan
menggunakan suhu yang tinggi, hal ini dilakukan karena percobaan ini
mengadsorbsi larutan organic (asam asetat) sehingga pengaktifan
dilakukan dengan suhu tinggi dan tidak sampai membara. Perlakuan ini
dimaksudkan supaya arang tidak menjadi abu.
Arang
yang telah aktif digunakan untuk mengadsorpsi asam asetat dengan
variasi konsentrasi yaitu, 0,47 N; 0,244 N; 0,1248 N; 0,06 N; 0,0304 N;
0,0154 N diperoleh dari hasil titrasi dengan NaOH 0,1 N, asam asetat
yang dititrasi berasal dari sisa asam yang digunakan pada percobaan.
Masa arang aktif yang digunakan dalam setiap konsentrasi adalah 1 gram.
Volume asam asetat yang digunakan dalam adsorpsi adalah 100 ml. langkah
pertama, memasukkan 1 gram arang aktif kedalam Erlenmeyer dan
menambahkan asam asetat dengan konsentrasi yang ada sebanyak 100 ml
kemudian tutup Erlenmeyer dan diamkan selama 30 menit dengan perlakuan
pengocokan setiap 10 menit dengan rentang 1 menit dan temperature tetap
dijaga konstan. Langkah ini dilakukan untuk menjaga kestabilan adsorben
dalam mengadsorpsi adsorbat.
Setelah
30 menit, larutan disaring dengan kertas saring. Terakhir, titrasi asam
asetat hasil adsorpsi dengan indicator PP dan larutan NaOH 0, 1 N
sebagai titran. Dalam percobaan ini diambil 5 ml dari dua konsentrasi
asam asetat tertinggi, selanjutnya 12.5 ml dan tiga konsentrasi terendah
diambil 25ml.
Pada percobaan ini akan ditentukan harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm Freundlich bagi proses adsorpsi CH3COOH terhadap arang. Variabel yang terukur pada percobaan adalah volume larutan NaOH 0,1 N yang digunakan untuk menitrasi CH3COOH. Setelah konsentrasi awal dan akhir diketahui, konsentrasi CH3COOH
yang teradsorbsi dapat diketahui dengan cara pengurangan konsentrasi
awal dengan konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari berat CH3COOH yang teradsorbsi.
Dari
data pengamatan dan hasil perhitungan, konsentrasi asam asetat sebelum
adsorpsi lebih tinggi daripada setelah adsorpsi. Hal ini karena asam
asetat telah diadsorpsi oleh arang aktif. Dari data juga dibuat suatu
grafik dimana x/m diplotkan sebagai ordinat dan C sebagai absis.
Grafik
hubungan antara x/m dengan c maupun hubungan antara log x/m dengan log C
dari percobaan dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini,
Grafik 1. Grafik IsothermAdsorpsi Freundlinch
Grafik 2. Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir
Grafik
merupakan Grafik Isotherm Adsorpsi Freundlinch. Dari persamaan grafik
tersebut jika dianalogikan dengan persamaan freundlinch maka akan
didapat nilai k dan n. Persamaan isoterm adsorpsi Freundlich dapat dituliskan sebagai berikut.
Log (x/m) = log k + 1/n log c sedangkan persamaan grafik
Isotherm Adsorpsi Freundlinch adalah y = 1,013x + 0,841, sehingga
didapat nilai Log k = 0,841 dan 1/n = 1,013. Maka nilai k adalah 6,934
dan nilai n adalah 0,9717.
Adsorpsi karbon membuat konsentrasi asam asetat mengalami penurunan.
Pada data diatas penyerapan tiap percobaan terjadi ketidaksamaan antara
data 1 sampai 6 dapat dilihat dari X gram ( jumlah zat yang teradsorpsi)
kurang stabil. Hal ini terjadi karena dalam adsorpsi terdapat beberapa
factor yang dapat mempengaruhi hasil adsorpsi.
Menurut
M.T. Sembiring dkk, 2003 bahwa karbon aktif yang baik mempunyai
persyaratan seperti yang tercantum pada SII No.0258 -79. Sifat karbon
aktif yang paling penting adalah daya serap. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu :
1. Sifat Serapan
Banyak
senyawa yang dapat diadsorpsi oleh karbon aktif, tetapi kemampuannya
untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing- masing senyawa. Adsorpsi akan
bertambah besar sesuai dengan bertambahnya ukuran molekul serapan dari
sturktur yang sama, seperti dalam deret homolog. Adsorbsi juga
dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi, ikatan rangkap,
struktur rantai dari senyawa serapan.
2. Temperatur/ suhu.
Dalam
pemakaian karbon aktif dianjurkan untuk menyelidiki suhu pada saat
berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan umum yang bisa
diberikan mengenai suhu yang digunakan dalam adsorpsi. Faktor yang
mempengaruhi suhu proses adsoprsi adalah viskositas dan stabilitas
thermal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak mempengaruhi sifat-sifat
senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna mau dekomposisi, maka
perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk senyawa volatil, adsorpsi
dilakukan pada suhu kamar atau bila memungkinkan pada suhu yang lebih
kecil.
3. pH (Derajat Keasaman).
Untuk
asam-asam organik, adsorpsi akan meningkat bila pH diturunkan, yaitu
dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan karena kemampuan
asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut. Sebaliknya
bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan menambahkan alkali,
adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya garam.
4. Waktu Singgung
Bila
karbon aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu untuk
mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik dengan
jumlah arang yang digunakan. Selisih ditentukan oleh dosis karbon
aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel karbon aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama.
Kesalahan
–kesalahan yang terjadi pada percobaan ini juga dapat mempengaruhi data
percobaan. Kesalahan yang terjadi seperti: kesalahan dalam pembacaan
skala pada buret titrasi, kesalahan dalam pengocokan campuran larutan
dan adsorben, kesalahan yang dilakukan oleh praktikan.
G. SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan
Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
1. Isotherm
adsorbsi karbon aktif merupakan hubungan antara banyaknya zat yang
teradsorpsi( acetic acid) persatuan luas atau persatuan berat adsorben,
dengan konsentrasi zat terlarut pada temperature tertentu.
2. Isotherm
yang terjadi pada percobaan ini adalah isotherm adsorpsi Freundlich,
dimana adsorben mengadsorpsi larutan organic yang sangat bagus dengan
situs-situs hoterogen seperti situs Freundlich.
3. Dari perhitungan di peroleh harga n = 0,9717 dan k = 6,934.
2. Saran
Dari hasil percobaan masih banyak terjadi kesalahan, oleh karena itu kami menyarankan bahwa:
1. Penggunaan alat yang terbatas membuat percobaan kurang efisien
2. Human eror yang terjadi pada praktikan karena kurang memahami alur kerja dari percobaan ini.
3. Dalam percobaan adsorpsi ini praktikan seharusnya bisa memperoleh data dengan benar.
H. DAFTAR PUSTAKA
tanggal 1 Oktober 2011.
Dwi, Vallentinus. 2009. Studi Adsorpsiion Cu (Ii) Dalam Larutan Tembaga
Menggunakan Komposit Serbuk Cangkang Kupang-Khitosanterikatsilang.
Surabaya: Skripsi FMIPA ITS.
Sembiring, dkk. 2003. Isoterm Adsorpsi ion Cr3+ oleh abu sekam padi varietas IR 64.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Undiksha.
Suardana, Nyoman. 2009. Optimalisasi Daya Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Kromium
(III). Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora, 17-23 diakses
tanggal 1 Oktober 2011.
Wahyuni, Sri. 2011. Diktat petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang: Jurusan Kimia
FMIPA UNNES.
I. JAWABAN PERTANYAAN
1. Apakah proses adsorpsi ini merupakan adsorpsi fisik atau khemisorpsi?
Pada
percobaan ini proses adsorpsi terjadi secara adsorpsi fisik yang
memiliki cirri molekul yang terikat pada adsorben oleh gaya Van Der
Walls, mempunyai entalpi reaksi dan bersifat tidak spesifik
2. Apakah perbedan antara kedua jenis adsorpsi ini? Berikan contoh dari kedua jenis adsorpsi ini!
a. Adsorbsi
fisik, yaitu berhubungan dengan gaya Van der Waals dan merupakan suatu
proses bolak – balik apabila daya tarik menarik antara zat terlarut dan
adsorben lebih besar daya tarik menarik antara zat terlarut dengan
pelarutnya maka zat yang terlarut akan diadsorbsi pada permukaan
adsorben, tidak melibatkan energy aktivasi.
b. Adsorbsi
kimia, yaitu reaksi yang terjadi antara zat padat dan zat terlarut yang
teradsorbsi, terjadi pemutusan dan pembentukan ikatan kimia, panas
adsorbsinya tinggi, melibatkan energy aktivasi.
Ex: adsorpsi SDBS
· Adsorsi fisik : adsorpsi nitrogen pada besi secara fisik nitrogen cair pada -190 0 C akan teradsorpsi pada besi
· Adsorpsi kimia: pada suhu 500 0 C nitrogen teradsorpsi cepat pada permukaan besi.
3. Apakah perbedaan yang terjadi pada pengaktifan arang dengan cara pemanasan?
Pengaktifan arang dengan cara pemanasan :
a. L-karbon (L-AC) yaitu karbon aktif yang dibuat dengan oksidasi pada suhu 300oC – 400oC (570o-750oF)
dengan menggunakan udara atau oksidasi kimia. L-AC sangat cocok dalam
mengadsorbsi ion terlarut dari logam berat basa seperti Pb2+, Cu2+, Cd2+, Hg2+.
Karakter permukaannya yang bersifat asam akan berinteraksi dengan logam
basa. Regenerasi dari L-AC dapat dilakukan menggunakan asam atau garam
seperti NaCl hampir sama pada perlakuan pertukaran ion.
b. H-karbon (H-AC) yaitu karbon aktif yang dihasilkan dari proses pemasakan pada suhu 800o-1000oC (1470o-1830oF)
kemudian didinginkan pada atmosphere inersial. H-AC memiliki permukaan
yang bersifat basa sehingga tidak efektif dalam mengadsorbsi logam berat
alkali pada suatu larutan air tetapi sangat lebih effisien dalam
mengadsorbsi kimia organik, partikulat hidrofobik, dan senyawa kimia
yang mempunyai kelarutan yang rendah dalam air. Akan tetapi H-AC dapat
dimodifikasi dengan menaikan angka asiditas. Permukaan yang netral akan
mengakibatkan tidak efektifnya dalam mereduksi dan mengadsorbsi kimia
organik sehingga efektif mengadsorbsi ion logam berat dengan kompleks
khelat zat organik alami maupun sintetik dengan menetralkannya.
4. Bagaimana isotherm Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat? Apa pembatasannya?
Isotherm
Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat padat kurang baik atau
memuaskan. Hal ini terjadi karaena pada adsorpsi Freundlich situs-situs
aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen. Gas merupakan
campuran yang homogeny sehingga kurang cocok jika digunakan dalam
isotherm Freundlich.
Batasannya : adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben bersifat heterogen.
5. Mengapa
isotherm adsorpsi Freundlich untuk adsorpsi gas pada permukaan zat
padat kurang memuaskan dibandingkan dengan isotherm adsorpsi Langmuir?
Bagaimana bentuk isotherm adsorpsi yang berakhir ini?
Karena
pada adsorpsi Freundlich situs-situs aktif pada permukaan adsorben
bersifat heterogen, sedangkan adsorpsi pada Langmuir bersifat homogen.
Ketika mengadsorpsi gas yang wujudnya campuran yang homogeny, maka
adsorpsi Freundlich kurang cocok. Dari percobaan yang telah dilakukan,
adsorpsi ini berbentuk adsorpsi Langmuir.
J. LAMPIRAN
Diketahui [NaOH] = 0,1 N
Asam asetat yang diadsorpsi = 100 mL
a. Konsentrasi awal CH3COOH
1. V1 x N1 = V2 x N2
23.5 x 0.1 = 5 x N2
N2 = 0.47 N
2. V1 x N1 = V2 x N2
12.2 x 0.1 = 5 x N2
N2 = 0.244 N
3. V1 x N1 = V2 x N2
15.6 x 0.1 = 12.5 x N2
N2 = 0.1248 N
4. V1 x N1 = V2 x N2
15 x 0.1 = 25 x N2
N2 = 0.06 N
5. V1 x N1 = V2 x N2
7.6 x 0.1 = 25 x N2
N2 = 0.0304 N
6. V1 x N1 = V2 x N2
3.85 x 0.1 = 25 x N2
N2 = 0.0154 N
b. Konsentrasi akhir CH3COOH
1. V1 x N1 = V2 x N2
22.5 x 0.1 = 5 x N2
N2 = 0.45 N
2. V1 x N1 = V2 x N2
10.9 x 0.1 = 5 x N2
N2 = 0.218 N
3. V1 x N1 = V2 x N2
14.8 x 0.1 = 12.5 x N2
N2 = 0.1184 N
4. V1 x N1 = V2 x N2
14.1 x 0.1 = 25 x N2
N2 = 0.0564 N
5. V1 x N1 = V2 x N2
7.35 x 0.1 = 25 x N2
N2 = 0.0294 N
6. V1 x N1 = V2 x N2
3.6 x 0.1 = 25 x N2
N2 = 0.0144 N
c. Jumlah zat yang teradsorbsi (x)
1. x1 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,47-0,45) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,1201 gram
2. x2 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,244-0,218) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,15613 gram
3. x3 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,1248-0,1184) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,06005 gram
4. x4 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,06-0,0564) x 60,05 x 100 / 1000
= 0,021618 gram
5. x5 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,0304-0,0294) x 60,05 x 100 / 1000
= 0.006005 gram
6. x6 = (Cawal-Cakhir) x Mr x V / 1000
= (0,0154-0,0144) x 60,05 x 100 / 1000
=0,006005 gram
0 comments