Mayat Kuno Zaman Dinasti Ming |
Pada 5
Agustus 2000 silam, kantor kepolisian kota Huayang, distrik Songshan,
Shanghai mendapat sebuah laporan, ditemukan sesosok mayat ketika sedang
meratakan tanah. Ketika polisi tiba di lokasi, peti mati sudah
tersingkap, sesosok mayat membungkuk di atas tanah, sekujur tubuhnya
mengenakan dandanan kuno. Ketika polisi Xia Jifang mendekat, ia
terkejut bukan main, korban adalah sesosok mayat laki-laki, dilihat
dari kulit dan raut wajahnya dipastikan korban bukan mayat zaman
sekarang, tapi anehnya mayat tersebut tidak membusuk dan terawat utuh.
Setelah
peristiwa penemuan mayat itu diberitakan di media massa, petugas dari
museum Songjiang, Shanghai, Yan Kun, segera datang ke lokasi dan tahap
awal diyakini bahwa ini mungkin sebuah makam kuno. Yang tak kalah
mengejutkan ketika diraba mayat tersebut dingin seperti es.
Ketika
mencari barang-barang yang dikubur bersama si mayat kuno tersebut, Yang
kun menemukan sebuah surat pentasbihan. Surat pentasbihan adalah suatu
bukti status yang diberikan kepada umat Buddha, biksu atau murid
Buddha, ketika pemegang surat pentasbihan bekelana ke empat penjuru dan
menggantungkan surat di Biara, mereka harus memperlihatkan surat
pentasbihan tersebut membuktikan status diri sebagai biksu. Dari surat
pentasbihan tersebut, pemegangnya bernama Yang Fuxin, surat pentasbihan
tersebut diberikan pada masa dinasti Ming, tepatnya tahun 1439 masehi
atau kurang lebih sudah 500 tahun hingga sekarang. Kesimpulan awal para
ahli bahwa mayat tersebut adalah pemilik surat pentasbihan ini. Masa
kehidupan Yang Fuxin adalah akhir dari dinasti Yuan (1271-1386) dan
awal dari dinasti Ming (1368-1644) dan sudah meninggal lebih dari 500
tahun.
Patung kayu, lembing/tombak yang dibawa
serta bersama si mati dan telapak tangan yang lebih besar dari orang
pada umumnya menunjukkan kalau orang ini adalah seorang pesilat.
Untuk mengetahui lebih jelas identitas Yang Fuxin, petugas khusus mulai
mencari petunjuk di lokasi penemuan mayat tersebut, diantara
barang-barang yang paling menarik perhatian tidak lebih dari patung
kayu prajurit dan tombak kayu. Ahli dari balai penelitian Wushu di
kantor pusat olahraga nasional yakni Kang Gewu mendapati, bahwa tombak
kayu ini tidak sama dengan tombak umumnya yang digunakan untuk latihan.
Kang
Gewu menuturkan, bahwa dibalik semua itu tersimpan sepotong sejarah
persilatan yang diketahui umum : pada masa dinasti Yuan, bangsa Mongol
utara masuk ke dataran tengah. Bagi bangsa Mongol setempat, mereka
mengajurkan wajib menunggang kuda, gulat dan berlatih silat. Namun,
terhadap bangsa Han, mereka mengambil kebijakan melarang berlatih
silat.
Tombak yang dibawa bersama si mati
menunjukkan bahwa semasa hidupnya Yang Fuxin gemar akan silat, bahkan
mungkin juga hidup dengan cara bermain silat. Apakah ini dapat membantu
kita menyingkap misteri jati dirinya? Melalui pemeriksaan yang cermat
terhadap Yang Fuxin, ahli peneliti mayat kuno mendapati kulit Yang
Fuxin lembab halus dan elastis, bahkan beberapa sendi masih aktif.
Menurut penentuan awal, usianya berkisar antara 75-80 tahun. Dalam
pemeriksaan ahli terkait juga mendapati sebuah temuan penting: Telapak
tangan Yang Fuxin lebih besar, terutama tulang telapak tangannya lebih
besar dari orang pada umumnya. Ciri khas ini, lebih lanjut menunjukkan
kemungkinan Yang Fuxin sangat mahir akan silat semasa hidupnya. Karena
sepanjang tahun berlatih Wushu, terutama mereka yang berlatih telapak
tangan, dimana jika sering berlatih akan mengembangkan otot telapak
tangan dan dapat merangsang pertumbuhan tulang lebih cepat.
Apakah
tubuh Yang Fuxin yang tidak membusuk ini dikarenakan mengonsumsi
warangan (arsenikum) dan air raksa atau benda beracun lainnya menjelang
ajal. Patung kayu prajurit, tombak kayu yang dibawa bersama si mati dan
telapak tangan yang besar, menunjukkan bahwa mungkin karena Yang Fuxin
bertahun-tahun berlatih silat. Jika memang ia adalah orang dari dunia
persilatan, mayatnya yang tidak membusuk, lantas apa mungkin ini
berhubungan dengan sejumlah teknik rahasia dalam legenda persilatan?
Pada
zaman Tiongkok kuno, suatu teknik rahasia yang tersebar luas dalam
dunia persilatan adalah minum racun atas kemauan sendiri, selama
beberapa bulan menjelang ajal, tetap mengonsumsi air raksa dan
arsenikum dalam dosis kecil dan benda beracun lainnya, degan demikian,
racun yang terhimpun dalam tubuh dapat memberi efek mencegah fisik
tidak membusuk setelah meninggal dunia.
Tapi,
teknik rahasia ini hanya kabar burung. Jika Yang Fuxin memakai cara
ini, maka di dalam tubuhnya pasti akan meningalkan bekas. Unsur kimia
arsenikum adalah arsenik, dan unsur kimia air raksa adalah Hydrargyrum
(hg), keduanya ini termasuk unsur logam berat. Untuk menyingkap
keraguan ini, para ahli memutuskan mengumpulkan sample rambut dan
sample lainnya dari mayat tersebut, untuk memastikan kadar logam berat
tersebut. Namun, setelah dianalisis secara kimiawi terhadap organ dalam
dan rambut Yang Fuxin didapati, unsur logam berat di dalam tubuhnya
tidak berbeda dengan orang pada umumnya, termasuk dalam batas normal.
Tampaknya, Yang Fuxin tidak menenggak racun atas inisiatifnya sendiri.
Tapi, apa yang membuat tubuhnya bisa secara gaib tetap terawat dengan
baik?
Apakah faktor lingkungan penguburan atau struktur makam yang istimewa yang membuat mayat tersebut terawat utuh?
Dalam
kondisi normal, dimana setelah manusia meninggal dunia, maka sel kita
perlahan-lahan akan kehilangan daya hidupnya. Melarut dibawah efek
enzim hidrolisa individu dan ini yang disebut dengan proses larutan
sendiri. Kemudian diserang kuman busuk dan melalui penguraian kuman
busuk, tubuh manusia kemudian menjadi seonggok tulang belulang. Ahli
terkait memeriksa cairan jaringan dan larutan sendiri Yang Fuxin sangat
mencukupi, sel dalam tubuhnya mulai mengurai setelah ia meninggal
dunia. Jika memang demikian, maka selama 500 tahun berikutnya, efek
bakteri semestinya telah mengurainya menjadi seonggok tulang kering
sejak dulu. Akan tetapi, tubuhnya tetap terawat utuh hingga sekarang.
Dulu
sebagian besar mayat yang tergali kebanyakan berasal dari pantai Gobi,
Xinjiang atau kawasan gurun pasir dan tempat yang ekstrem kering. Tapi,
tempat ditemukannya mayat Yang Fuxin adalah Shanghai yang beriklim
lembab, di lingkungan seperti ini bagaimana mungkin mayat tersebut bisa
terawat secara utuh?
Peti mayat Yang Fuxin
memakai struktur tuang : dinding di sekeliling ditata dengan batu bata,
setelah peti mati dimasukkan, kemudian “san he tu” (suatu cairan
campuran kapur, tanah liat dan pasir yang akan mengeras setelah kering)
dituang diantara peti dan tembok bata. Orang zaman dulu melapisi peti
mayat dengan cara menuang. Diantara makam dinasti Ming di daerah
Jiangzhe, sistem tuang seperti ini cukup banyak ditemui, karena itu
awalnya ahli terkait tidak begitu mengindakan. Namun, setelah diteliti
lebih lanjut mereka mendapati : cairan tuang disini memakai suatu bahan
khusus¾ Tawas. Tawas dapat dibuat suatu zat pembeku/pengental, mencegah
agar tidak merekah. Karena peti mati tertutup rapat, suhu tetap,
ketiadaan oksigen, bakteri tidak dapat berkembang biak, inilah faktor
yang membuat mayat terawat utuh.
Mengapa peti
mati yang tertutup rapat itu dipenuhi dengan cairan, dan mayat tetap
dalam keadaan lembab?. Xia Jifang teringat kembali sebuah peristiwa
ganjil yang dilihatnya di lokasi ketika itu. Dalam peti Yang Fuxin yang
terbuka dipenuhi dengan air, lagipula ketika itu tidak hujan,
darimanakah air dalam peti tersebut? ada yang menduga itu pengawet yang
khusus dibuat orang dulu, seperti cairan formalin sekarang, mayat tidak
akan membusuk jika di rendam ke dalam formalin. Namun ahli terkait
telah memeriksa dokumen kuno tapi tidak menemukan catatan terkait, dan
Xu Yongqing juga menyatakan keberatan terhadap dugaan cairan pengawet
tersebut.
Jika peti mati Yang Fuxin tertutup
rapat, lalu dari mana sebenarnya cairan di dalam peti mati tersebut?
saat peti mati itu dikeluarkan, diluar dugaan orang-orang mendapati:
pengerjaan pada bagian dasar kuburan relatif sederhana, cairan pengeras
lebih tipis daripada bagian atas dan sekeliling peti mati. Aliran
sungai di daerah Songjiang panjang dan lebar, permukaan air bawah tanah
lebih tinggi. Bagian dasar yang sengaja dibuat tipis, membuat air bawah
tanah sedikit demi sedikit merembes masuk ke dalam selama 500 tahun,
sehingga membentuk cairan. Namun sebelumnya, karena peti mati tertutup
rapat dan tidak beroksigen, pembusukan mayat sudah terhenti, kemudian
rendaman cairan dalam peti justru membantunya tetap dalam keadaan basah
atau lembab.
Di Jiangnan, jika pengerjaan ruang
peti mati tidak sesuai atau air yang merembes masuk tidak bersih,
mengandung kuman, maka tidak mungkin dapat menyimpan mayat secara utuh.
Seperti misalnya mayat Yang Fuxin ini, karena lingkungan (tutupan peti
mati) yang rapat dan air bawah tanah yang bersih, maka membuat tubuhnya
tidak membusuk. (Sumber Secret China)*
|
Sosok
mayat purbakala ditemukan tanpa sengaja di tempat konstruksi,
diperkirakan sudah berusia 500 tahun. Anehnya dari mayat tersebut tidak
membusuk dan kulitnya juga masih halus lembab dan elastis. Selain itu,
di bulan Agustus lalu yang panas terik di Jiangnan, diluar dugaan
mayatnya dingin bagaikan es. Mayat kuno dan misterius tersebut
menimbulkan sejumlah besar pertanyaan, siapa dan mengapa tidak
membusuk?
0 comments:
Post a Comment