MIKORIZA DAN MANFAATNYA PADA TANAMAN
Balai Penelitian Tanaman Serealia
ABSTRAK
Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman perlu dijaga kelestariannya. Oleh karena di dalam
tanah, terutama daerah rhizosfer tanaman banyak jasad mikro yang berguna bagi
tanaman. Salah satunya adalah cendawan mikoriza. Cendawan ini dikenal dengan
tiga tipe yaitu Ektomikoriza, Endomikoriza, dan Ekstendomikoriza. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa cendawan ini dapat berkolonisasi dan
berkembang secara mutualistik dengan akar tanaman. Infeksi mikoriza dengan akar
tanaman dapat memperluas bidang serapan akar, sehingga dapat menyerap hara
seperti P, Ca, N, Cu, Mn, K, dan Mg, dengan hifa eksternal yang tumbuh dan
berkembang melalui bulu akar. Cendawan ini dapat pula menghasilkan material
yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi, penyerapan
air dan stabilitas tanah. Cendawan mikoriza dapat pula berperan dalam
pengendalian penyakit tanaman. Hal ini disebabkan karena cendawan ini
memanfaatkan karbohidrat lebih banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam
bentuk eksudat akar, menghasilkan antibiotik, dan memacu perkembangan mikroba
saprofitik di sekitar perakaran, sehingga patogen tidak berkembang. Sebagai
contoh adalah tanaman jeruk yang terinfeksi minoriza akan menghambat
pembentukan dan pelepasan zoosporangio dan zoosporangium Phytopthora parasitica. Pada tanaman jagung dan Chrysanthenum yang terinfeksi minoriza
dapat menekan cendawan P. cinnamoni.
Kata kunci: Ektomikoriza, Endomikoriza, Ekstendomikoriza,
hifa, kolonisasi
PENDAHULUAN
Tanah
sebagai tempat tumbuh tanaman, merupakan sub sistem yang cukup kompleks. Salah
satunya adalah komponen biotik yaitu jasad makro dan mikro, yang secara bersama
dengan komponen abiotik membentuk tempat tumbuh bagi kelangsungan hidup tanaman
diatasnya secara berimbang.
Untuk menjamin kestabilan ini,
maka pengelolaan sumber daya alam harus dilakukan secara seimbang, tanpa harus
terjadi perubahan-perubahan besar atau mendadak. Itulah sebabnya perlunya menjaga
keberadaan serta fungsi komponen sistem dan individu dalam
komponen tersebut.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah diketahui banyak jasad atau mikroorganisme yang berguna bagi
tanaman, bahkan ada yang dapat membantu tanaman dalam hal penyerapan unsur hara
dan menjaga kondisi tanah dengan menghasilkan sekresi ekstraselular, vitamin,
dan zat tumbuh.
Sebagai contoh mikoriza dan
bintil akar merupakan bentuk hubungan yang menguntungkan bagi masing-masing
pembentuknya. Menurut Budi et al.
(1998) ada tiga bentuk/tipe mikoriza yaitu pertama Ektomikoriza, jenis mikoriza
ini ditemui pada tumbuhan Angiospermae dan
Gimnospermae. Miselia cendawan ini
berkembang dipermukaan rambut akar dengan membentuk selaput miselium dan tidak
masuk menembus sel-sel akar. Kedua Endomikoriza, jenis mikoriza ini dijumpai hampir pada semua
jenis tanaman. Cendawan pembentuknya tumbuh di antara sel-sel korteks akar dan
membentuk arbuskulus didalam sel. Ketiga Ekstendomikoriza, jenis mikoriza ini
hanya terbentuk pada beberapa famili tanaman dan cendawan pembentuknya
berkembang diantara, di dalam dan di sekeliling akar tanaman inang.
Istilah
cendawan Mikoriza Vesikula-Arbuskula (MVA) pertama kali dilaporkan oleh
Peyronel, (1923) dalam Trappe dan
Schenk, (1982). Hal ini disebabkan karena dicirikan oleh adanya vesikel dan
arbuskel pada akar tanaman yang terinfeksi dan terkolonisasi. Cendawan ini
menginfeksi tanaman melalui spora, tumbuh dan berkembang dalam jaringan
korteks, dimana morfologi cendawan ini terdiri dari arbuskel, vesikel, miselium
internal dan eksternal.
Cendawan
mikoriza meprupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya berasosiasi akar
tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk apressoria sebagai
alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone elongation. Proses ini
dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman
yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada akar yaitu interseluler dan
intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks, dan tidak sampai pada stele.
Hifa yang berkembang diluar jaringan akar, maka berperan terhadap penyerapan
unsur hara tertentu dan air.
Mosse,
(1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza mempunyai sifat dapat berkolonisasi
dan berkembang secara simbiose mutualistik dengan akar tanaman, sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta membantu menekan perkembangan beberapa
patogen tanah.
Proses
infeksi mikoriza
Terjadinya infeksi mikoriza pada
akar tanaman melalui beberapa tahap, yakni :
1.
Pra infeksi. Spora dari mikoriza benrkecambah membentuk
appressoria.
2.
Infeksi. Dengan alat apressoria melakukan penetrasi pada
akar tanaman.
3.
Pasca infeksi. Setelah penetrasi pada akar, maka hifa
tumbuh secara interselluler, arbuskula terbentuk didalam sel saat setelah
penetrasi. Arbuskula percabangannya lebih kuat dari hifa setelah penetrasi pada
dinding sel. Arbuskula hidup hanya 4-15 hari, kemudian mengalami degenerasi dan
pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula, beberapa cendawan
mikoriza membentuk vesikel pada bagian interselluler, dimana vesikel merupakan
pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar dan hifa.
4.
Perluasan infeksi cendawan mikoriza dalam akar terdapat
tiga fase:
a.
Fase awal dimana saat infeksi primer.
b.
Fase exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya
dalam akar lebih cepat .
c.
Fase setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
5.
Setelah terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan
hifa keluar dari akar dan di dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur
cendawan disebut hifa eksternal yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi
dalam tanah, dan sebagai alat transportasi nutrisi ke akar, hifaeksternal tidak
bersepta dan membentuk percabangan dikotom.
Manfaat
Mikoriza
Lambert dan Cole, (1980)
mengemukakan bahwa pada tanaman Lathyrus
sylvestris, Lotus americanus, Coromilla varia, yang terinfeksi mikoriza
umur dua tahun, pertumbuhannya 6-15 kali lebih besar dari pada pertumbuhan
tanaman tanpa mikoriza. Selanjutnya De La Cruz et al., (1992); Linderman, (1996) menyebutkan bahwa sebagian besar
pertumbuhan tanaman yang diinokulasi dengan cendawan mikoriza menunjukkan
hubungan yang positif yaitu meningkatkan pertumbuhan tanaman inangnya.
Hal
ini dapat terjadi karena infeksi cendawan mikoriza dapat meningkatkan
penyerapan unsur hara oleh miselium eksternal dengan memperluas permukaan
penyerapan akar atau melalui hasil senyawa kimia yang menyebabkan lepasnya
ikatan hara dalam tanah. Tisdall, (1991) melaporkan bahwa miselium ekstra
radikal didalam tanah sekitar akar menghasilkan material yang mendorong
agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi, penyerapan air dan
stabilitas anah.
Infeksi
mikoriza pada akar, memungkinkan mineral dapat dialirkan langsung dari satu
tanaman ke tanaman lain, atau dari bahan organik mati ke akar tanaman. Juga
membentuk lingkungan mikrorisosfer yang dapat merubah komposisi dan aktivitas
mikroba. Hal ini terjadi karena perubahan fisiologi akar dan produksi sekresi
oleh mikoriza.
Menurut
Aldeman dan Morton, (1986) infeksi mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dan kemampuannya
memanfaatkan nutrisi yang ada dalam tanah, terutama unsur P, Ca, N, Cu, Mn, K,
dan Mg. Kolonisasi mikoriza pada akar tanaman dapat memperluas bidang serapan
akar dengan adanya hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu akar
(Mosse, 1981). Tanaman appel yang
terinfeksi mikoriza dapat meningkatkan kandungan P pada tanaman dari 0,04%
menjadi 0,19% (Gededda, et al., 1984 dalam Jawal et al., 2005). Lanjut Matsubara et
al., (1998) melaporkan bahwa tanaman yang terinfeksi mikoriza, maka tinggi,
bobot kering, konsentrasi P pada bagian atas maupun akar tanaman mempunyai
nilai yang tinggi dibandingkan dengan tanpa mikoriza.
Tanaman Acacia mangium mampu menghemat penggunaan P 180 kr/ha/tahun
(Setiadi, 2000). Aplikasi P alam pada tanaman yang terinfeksi mikoriza dapat
meningkatkan pertumbuhan, pembentukan bintil akar, dan aktivitas bintil akar
tanaman. Mikoriza dapat pula meningkatkan kandungan khlorofil, penyerapan air
dan zat perangsang tumbuh dengan diproduksinya substansi zat perangsang tumbuh, sehingga tanaman
dapat lebih toleran terhadap shok,
terutama yang dipindahkan dilapangan.
Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa mikoriza mempunyai peranan dalam hal
pengendalian penyakit tanaman.
Linderman, (1988) menduga bahwa mekanisme perlindungan mikoriza terhadap
patogen berlangsung sbb. : 1) cendawan mikoriza memanfaatkan karbohidrat lebih
banyak dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, sehingga
patogen tidak dapat berkembang, 2) terbentuknya substansi yang bersifat
antibiotik yang disekresikan untuk menghambat perkembangan patogen, 3) memacu
perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.
Pada
tanaman yang terinfeksi mikoriza mempunyai sifat ketahanan yang lebih
dibandingkan dengan tanpa infeksi mikoriza. Mosse, (1981) melaporkan bahwa
cendawan mikoriza dapat membantu peningkatan ketahanan tanaman terhadap patogen
tanah (soil borne). Infeksi mikoriza pada akar tanaman akan merangsang
terbentuknya senyawa isoflavonoid
pada akar tanaman kedelai, membentuk endomikoriza,
sehingga meningkatkan ketahanan tanaman dari serangan cendawan patogen dan
nematoda. Selanjutnya Setiadi, (2000) mengemukakan bahwa assosiasi mikoriza
berpengaruh terhadap perkembangan dan reproduksi nematoda Meloidogyne sp. Patogen yang menyerang akar tanaman seperti Phytopthora, Phytium. Rhizoctonia, dan Fusarium perkembangannya tertekan dengan
adanya cendawan mikoriza yang telah bersimbiotik dengan tanaman.
Tanaman jeruk yang terinfeksi
cendawan mikoriza akan menghambat pembentukan dan pelepasan zoospo-rangia dari zoosporangium Phytopthora parasitica (Davis dan Menge, (1980). Juga
pada tanaman jagung dan Chrysanthenum
yang terinfeksi mikoriza berpengaruh terhadap P. cinnamoni (Harley dan Smith, 1983).
Ketahanan tanaman terhadap patogen akibat infeksi
mikoriza karena menghasilkan antibiotik, seperti fenol, quinone, dan berbagai
phytoaleksin. Tanaman yang terinfeksi mikoriza menghasilkan bahan atsiri yang
bersifat fungistatik jauh lebih banyak dibanding tanpa infeksi. Pada tanaman
jagung yang terinfeksi mikoriza mengandung asam amino 3-10 kali lebih banyak
dari pada tanpa infeksi mikoriza. Bila patogen lebih dahulu menyerang tanaman
sebelum infeksi cendawan mikoriza, maka mikoriza tidak akan berkembang pada
perakaran tanaman.
PENUTUP
Keberadaan
cendawan dalam tanah ada yang bermanfaat, juga tidak bermanfaat, bahkan menjadi
masalah pada tanaman. Dalam lingkungan tumbuh tanaman (Rhizosfer) terdapat
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik seperti cendawan, bakteri, dan nematoda,
ada yang dapat dimanfaatkan untuk pengendalian tanaman, juga untuk membantu
penyerapan unsur hara dan air, dalam tanah. Salah satunya adalah cendawan
mikoriza, yang diketahui dapat berassosiasi dengan akar tanaman, sehingga dapat
membantu dalam hal penyerapan unsur hara dan air.
Mikoriza yang menginfeksi tanaman, maka akan
membentuk hifa eksternal sehingga memperluas permukaan akar dan menghasilkan
senyawa kimia yang menyebabkan lepasnya ikatan hara dalam tanah. Selain itu
cendawan mikoriza dapat pula berfungsi sebagai pelindung dari serangan penyakit
tertentu seperti patogen Phytopthora,
Phytium, Rhizoctonia, dan Fusarium. Perlindungan
mikoriza terhadap patogen terjadi karena memanfaatkan karbohidrat lebih banyak
dari akar, sebelum dikeluarkan dalam bentuk eksudat akar, menghasilkan
antibiotik, dan memacu perkembangan mikroba saprofitik disekitar perakaran.
DAFTAR PUSTAKA
Aldeman, J. M., and J. B.
Morton. 1986. Infectivity of vesicular-arbuscular mychorrizal fungi influence
host soil diluent combination on MPN estimates and percentage colonization.
Soil Biolchen. 8(1) : 77-83.
Budi, S. W., J.P. Caussanel, A. Trouvelot
and A.Gianiazzi. 1998. The biotechnology of mychorrizas In N.S. Subba and Y.R.
Dommergues (Eds.) Microbial interaction in aricultural and foresty science Publishers,
Inc., USA.
Vol. (1) : 149 – 162.
Davis,
R.M. and J.A. Menge. 1980. Influence of Glomus fasciculatus and soil phosphorus on Phytopthora root rot of citrus. Phytopathologi, 70:447-452.
De la Cruz, R.E., Lavilla
and Zarate, J.T. 1992. Aplication
of mycorrhiza in bare rooting and direct-seeding Technologies for
reforestation. In Proceeding of
Tsukuba-Workshop Bio-REFOR.
Harley, J.L., and S.E. Smith. 1983.
Mychorrizal Symbiose. Acad. Press. Inc.
Jawal, M., Jumjumidang, Liferdi, Herizal,
dan T. Purnama. 2005. Tehnik produksi massal cendawan mikoriza arbuskular (MVA)
yang infektif dan efektif sebagai pupuk biologi bibit manggis. Jurnal Stigma
XII (4):516-519.
Lambert, D.H., and Cole, H.J. 1980. Effects
of mycorrhizae on establishment and performance of forage species in mine soil.
Agro. J. 72:527-260.
Liderman, R.G. 1988.
Mychorrizal interaction with the rhizosphere microflora. The mychorrizosphere
effect. Phytopathology. 78(3):366-371.
___________. 1996. Role of VAM fungi in
biocontrol. In mycorrhizae and plant
health. F.L. Pleger and R.G. Linderman (eds.), APS Press, the American
phytopathologycal society, St. Paul.
Minessota.
Matsubara, Y., T.
Karikomi, M.Ikuta, H. Hori, S. Ishikawa, and T. Harada. 1996. Effect of abuscular mycorrhiza fungus
inoculation on growth of apple seedling. J. Japan, Soc. Hort. Sci.
65(2):297-302.
Mosse, B. 1981. Vesicular-arbuscular
mycorrhizal research for tropical Agriculture. Res. Bull. 82p.
Setiadi, Y. 2000. Pemanfaatan Mikro-organisme Dalam
Kehutanan. Pusat Antar Universitas Bioteknologi, IPB
Tisdall, J.M. 1991.
Fungal hyphae and structural stability of soil. Aust. J. Soil. Res. 29:729-743.
Trappe, J.M. and N.C. Schenck. 1982.
Taxonomy of fungi forming endomycorrhizal.
In N.C. Schenck (eds.) Phytopat. Soc. St. Paul. Minnesota. Pp1-9.
0 comments:
Post a Comment